Jumat, 31 Desember 2010

benarkah Yesus mati di tiang salib??....telah menjadi pertanyaan yang selalu menyelinap kedalam akal para kristanis diseluruh dunia.

Cerita mengenai penyaliban, hanya ada di kitab yang diklaim sebagai kitab suci oleh umat Kristen. Bukkti-bukti sejarah tidak menunjukkan adanya kematian itu.

Mari kita review apa kata injil :

Lihat Yohannes 20: 11 - 17
(11) Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, (12) dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. (13) Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." (14) Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. (15) Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." (16) Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. (17) Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.".

Benarkah Cintamu Cinta Sejati ?

Saudaraku, bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, telah luntur.

Bila dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda.

Bila rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.



Saudaraku! bila anda terlanjut terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya. Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini?



Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersabda :

(الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ) رواه الترمذي وغيره

"Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya)." Riwayat At Tirmizy dan lainnya.



Orang-orang arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata :

كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ

Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).



Dahulu, tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam badai asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan : Cinta itu buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:

حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ

Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.



Akan tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian:

(فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ) البقرة 102

"Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami) dari istrinya." Al Baqarah 102.



Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?

Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.



Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus menambatkan tali cinta saya?

Simaklah jawabannya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:



(تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ) متفق عليه



"Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung." Muttafaqun 'alaih.



Dan pada hadits lain beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ) رواه الترمذي وغيره.

"Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi." Riwayat At Tirmizy dan lainnya.



Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput .

(الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ) الزخرف 67

"Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa." Az Zukhruf 67



Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari qiyamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?



Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ) متفق عليه



"Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan kedalam kobaran api." Muttafaqun 'alaih



Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.



Yahya bin Mu'az berkata: "Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu."Yang demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akahlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.



Saudaraku! setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku.



Wallahu a'alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.

Kamis, 30 Desember 2010

Pengertian dan Komponen Lingkungan Hidup Serta Ekosistem

Lingkungan Hidup adalah suatu kesatuan hidup antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.

Lingkungan Hidup terdiri dari dua bagian, yakni: Lingkungan Hidup Abiotik dan Lingkungan Hidup Biotik. Lingkungan Hidup Bbiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan Sedangkan Lingkungan Hidup biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).

Hubungan Kehidupan dari lingkungan hidup itu disebut Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara mahkluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem.

Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:

Komponen hidup (biotik)
Komponen tak hidup (abiotik)

Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem aquarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.
RM marine food chain

RM marine food chain

Organisme

Dalam biologi dan ekologi, organisme (dalam bahasa Yunani organon yang berarti alat) adalah kumpulan molekul-molekul yang saling mempengaruhi sedemikian sehingga berfungsi secara stabil dan memiliki sifat hidup.

Ciri-ciri yang umum didapati pada banyak organisme adalah sebagai berikut:

Memerlukan makanan

Bernafas
Bergerak
Tumbuh
Berkembang biak
Peka terhadap rangsang

Namun demikian, ciri-ciri tersebut tidaklah universal. mikroorganisme seperti misalnya bakteri tidaklah bernafas, namun menggunakan jalur kimiawi lain. Banyak organisme yang tidak mampu bergerak secara independen dan banyak organisme tidak dapat berkembang biak, walaupun spesiesnya mampu.
RMimages

RMimages

Virus

Virus tidak digolongkan sebagai organisme secara umum sebab virus tidak dapat berkembang biak maupun melakukan metabolisme secara independen. Meskipun memiliki enzim dan molekul-molekul yang menjadi ciri organisme hidup, virus tidak mampu bertahan hidup di luar sel inangnya, dan sebagian besar proses metabolisme virus membutuhkan inang beserta perlengkapan genetiknya

Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan adalah cabang dari ilmu biologi.

Senin, 27 Desember 2010

Ekonomi Islam dalam Teori Ekonomi Modern

Hudzaifah.org - Banyak dari teori-teori ekonomi modern yang merupakan hasil curian dari pemikiran ekonomi Islam. Maka ekonom Islam tidak perlu terkesima dengan teori-teori ekonomi Barat. Beberapa institusi ekonomi yang ditiru oleh Barat dari dunia Islam antara lain syirkah (serikat dagang), suftaj (bills of exchange), hiwala (Letters of credit), darut Tiraz (pabrik yang didirikan dan dijalankan negara) di Spanyol, Sicilia. Palermo dan ma’una (sejenis private bank) dikenal di Barat sebagai Maona.

Raymond Lily (1223-1215) yang telah melakukan perjalanan ke negara-negara Arab mendirikan lima universitas yang mengajarkan bahasa Arab sehingga banyak yang kemudian menerjemahkan karya-karya ekonom Islam. Adapun karya-karya ekonom muslim yang diterjemahkan adalah al-kindi, al-farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Rusd, Khawarizmi, Ibnu Haitham, Ibnu Ha-zam, Jabir Ibnu Hayyan, Ibnu Bajja, ar-Razi.

Beberapa pemikiran ekonom Islam yang dicuri tanpa pernah disebut sumber kutipannya antara lain :

- Teori Pareto Optimum diambil dari kitab Nahjul Balaghah Imam Ali.

- Bar Habraeus, pendeta Syriac Jacobite Church menyalin beberapa bab Ihya Ulumuddin al-Ghazali.

- Gresham Law dan Oresme Treatise diambil dari kitab Ibnu Taimiyyah

- Bapak Ekonomi Barat,Adam Smith (1776 M), dengan bukunya The Wealth of Nation diduga banyak mendapat inspirasi dari buku al-Amwal-nya Abu Ubaid (838 M) yang dalam bahasa Inggrisnya adalah persis judul bukunya Adam Smith, The Wealth.

- Pendeta Gereja Spanyol Ordo Dominican Raymond Martini menyalin banyak bab dari Tahafut al Falasifa, Maqasid al-falasifa, al-Munqid, Mishkat al-Anwar, dan Ihya-nya al Ghazali. (AW)

Minggu, 26 Desember 2010

budaya mandailing

Sebelum kita mengetahui marga-marga yang terdapat di etnis mandailing, lebih baiknya kita tahu sekilas tentang suku mandailing.

Mandailing adalah salah satu Puak Batak bertempat tinggal di pendalaman pesisir pantai Barat Pulau Sumatera. Termasuk Puak Batak karena menggunakan bahasa yang hampir mirip dengan bahasa Batak Toba dan Batak Angkola, serta Batak Simalungun. Begitu pula dengan adat istiadatnya yang Patrilinealistik. Juga menggunakan marga yang diturunkan secara turun temurun. Sebagian besar dari marga-marga tersebut terdapat pula di belahan Toba, Angkola, Simalungun. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa tentulah di masa yang lalu terdapat hubungan kekerabatan yang terlupakan oleh sejarah tertulis.

Dalam sejarahnya masyarakat Mandailing hidup dengan sistem pemerintahan tradisional, tradisi persawahan, pengembalaan kerbau, pelombongan/penambangan mas, persenjataan, dan perairan.

Kaya dengan mitologi asal-usul marga, Mandailing tercatat dalam kitab Nagarakertagama pada abad ke 14 M, namun sulit mendapatkan catatan sejarah mengenai mereka.

Tanah Mandailing dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Mandailing Godang
2. Mandailing Julu.

Masyarakat Mandailing diatur dengan menggunakan sistem sosial Dalian na Tolu (Tumpuan Yang Tiga) - merujuk kepada aturan kekerabatan marga - yang diikat meneruskan perkawinan dan prinsip Olong Dohot Domu (Kasih Sayang dan Keakraban).

Sistem pemerintahan Mandailing bersifat demokratis dan egalitar. Lembaga pemerintahan Na Mora Na Toras (Yang Dimuliakan dan Dituakan) memastikan keadilan dan kepemimpinan yang dinamis.
Gordang Sambilan adalah gendang adat yang terdiri dari sembilan buah gendang yang relatif besar dan panjang, dan digunakan dalam ucapcara perkawinan, penabalan dan kematian.
Sabe-Sabe selendang istiadat dipakai untuk upacara adat dan untuk tarian adat yang disebut Tor-Tor.


MARGA-MARGA MANDAILING

Ada yang memperkirakan bahwa di Mandailing terdapat 13 marga. Marga-marga itu ialah :

1. Hasibuan
2. Dalimunte
3. Mardia
4. Pulungan
5. Lubis
6. Nasution
7. Rangkuti
8. Parinduri
9. Daulae
10. Matondang
11. Batu Bara
12. Tanjung
13. Lintang

Lumrahnya setiap marga mempunyai nenek moyang yang sama. Tetapi ada juga sejumlah marga yang berlainan nama tetapi mempunyai nenek moyang yang sama. Misalnya, marga Rangkuti dan Parinduri; Pulungan, Lubis dan Harahap; Daulae, Matondang serta Batu Bara. Melalui tarombo atau silsilah keturunan dapat diketahui nenek moyang bersama sesuatu marga. Dan dari jumlah generasi yang tertera dalam tarombo dapat pula diperhitungkan berapa usia suatu marga atau sudah berapa lama suatu marga tinggal di Mandailing.

Dari banyak marga tersebut, terdapat dua marga besar yang berkuasa, yang masing-masing menduduki sebuah wilayah luas yang bulat. Marga-marga penguasa itu adalah :
- Nasution di Mandailing Godang,
- Lubis di Mandailing Julu.


Menurut Abdoellah Loebis, marga-marga di Mandailing dibedakannya berdasarkan wilayah Tanah Mandailing.
1. Mandailing Julu dan Pakantan adalah seperti berikut:
- Lubis (yang terbahagi kepada Lubis Huta Nopan dan Lubis Singa Soro),
- Nasution,
- Parinduri,
- Batubara,
- Matondang,
- Daulay,
- Nai Monte,
- Hasibuan,
- Pulungan.

2. Marga-marga di Mandailing Godang pula adalah:
- Nasution yang terbagi atas Nasution Panyabungan, Tambangan, Borotan, Lantat, Jior, Tonga, Dolok, Maga, Pidoli, dan lain-lain.
- Lubis,
- Hasibuan,
- Harahap,
- Batu Bara,
- Matondang (keturunan Hasibuan),
- Rangkuti,
- Mardia,
- Parinduri,
- Batu na Bolon,
- Pulungan,
- Rambe,
- Mangintir,
- Nai Monte,
- Panggabean,
- Tangga Ambeng,
- Margara.

(Rangkuti, Mardia, dan Parinduri asalnya dari satu marga)


Menurut Basyral Hamidy Harahap dan Hotman M. Siahaan,
a. Marga-marga yang banyak terdapat di Angkola dan Sipirok adalah :
- Pulungan,
- Baumi,
- Harahap,
- Siregar,
- Dalimunte,
- Daulay.

b. Di Padang Lawas juga terdapat marga-marga :
- Harahap,
- Siregar,
- Hasibuan,
- Daulay,
- Dalimunte,
- Pulungan,
- Nasution,
- Lubis.
GONDANG & MANDAILING
Istilah "gondang" dalam bahasa Mandailing memiliki banyak arti antara lain: alat musik, gabungan dari beberapa alat musik (ensambel), nama lagu atau repertoar, irama atau pola ritmik, sebagai musik itu sendiri dan jenis musik tertentu. Sedangkan istilah "Mandailing" mengandung pengertian "budaya" dan "teritorial", artinya suatu kelompok etnik yang mendiami dataran tinggi di pedalaman pantai barat daya pulau Sumatra dengan batas-batas wilayah tertentu. Sehubungan dengan itulah situs ini diberi nama GONDANG MANDAILING yang isinya memuat informasi tentang seni dan budaya tradisional masyarakat Mandailing.***
Sibaso
Uyup-uyup Durame
Markusip
Di dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat Mandailing terdapat suatu tradisi berkencan antara pemuda dan anak gadis yang disebut markusip. Secara harafiah markusip artinya berdialog dengan cara berbisik. Pada tradisi markusip, si pemuda dan si anak gadis saling mengungkapkan isi hati dan perasaan mereka dengan cara berbisik. Dalam dialog yang dilakukan dengan cara berbisik itu tidak jarang mereka menggunakan tulila dan ende-ende. Menurut tradisi markusip hanya boleh berlangsung pada waktu tengah malam agar tidak terlihat orang lain karena sifatnya rahasia. Ketika kegiatan markusip berlangsung, si anak gadis berada di dalam sebuah rumah tertentu yang disebut bagas podoman, sementara itu si pemuda berada di luar rumah tersebut. Mereka markusip melalui sebuah lobang kecil yang terdapat pada salah satu sisi dinding bagas podoman yang disebut lubang pangkusipan. Dalam proses awal kegiatan markusip biasanya ada dua tahapan yang dilakukan oleh seorang pemuda yaitu marngoti boru bujing dan mengelek boru bujing. Apabila si pemuda telah berhasil membangunkan dan membujuk si anak gadis, biasanya si gadis akan mangalus (menyahut) dari dalam bagas podoman melalui lubang pangkusipan, dan selanjutnya mereka markusip untuk saling mengungkapkan isi hati dan perasaan masing-masing. Penjelasan yang lebih rinci dan mendalam mengenai budaya markusip dan tulila ini dapat dibaca dalam buku berjudul TULILA: MUZIK BUJUKAN MANDAILING.
Tulila: Muzik Bujukan Mandaili
panjang:150 mm; diameter: 5 mm
Gordang Sambilan
etek do mulo ni gondang
Etek
Moncak
Saleot
Gondang Bulu
Gondang Topap
Salung
Martulila

Sekilas Budaya Mandailing

EKSISTENSI masyarakat Mandailing sebagai suku-bangsa atau kelompok etnis ditandai dan dikukuhkan oleh kenyataan bahwa masyarakat Mandailing memiliki kebudayaannya sendiri, yang di dalamnya termasuk bahasa, sehingga mereka dapat dibedakan dari suku-bangsa lain di Indonesia. Di samping itu warga masyarakat Mandailing juga menyadari adanya identitas dan kesatuan kebudayaan mereka sendiri yang membuat mereka (merasa) berbeda dari warga masyarakat yang lain.

Secara historis, eksistensi suku-bangsa Mandailing didukung oleh kenyataan dengan disebutnya nama Mandailing dalam Kitab Nagarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada abad ke-14 (1365). Kitab tersebut berisi keterangan mengenai sejarah Kerajaan Majapahit. Menurut Prof. Slamet Mulyana (1979:9), Kitab Negarakertagama adalah sebuah karya paduan sejarah dan sastra yang bermutu tinggi dari zaman Majapahit. Dalam Pupuh XIII, nama Mandailing bersama nama banyak negeri di Sumatera dituliskan oleh Mpu Prapanca sebagai “negara bawahan” Kerajaan Majapahit sebagai berikut: ”Lwir ning nuasa pranusa pramuka sakahawat kaoni ri Malayu/ning Jambi mwang Palembang i Teba len Darmmacraya tumut/Kandis, Kahwas Manangkabwa ri Siyak i Rekan Kampar mwang Pane/Kampe Haru athawa Mandahiling i Tumihang Perlak mwang i Barat”.

Memang, tidak ada keterangan lain mengenai Mandailing kecuali sebagai salah satu “negara bawahan” Kerajaan Majapahit. Namun demikian, dengan dituliskannya nama Mandailing terdapatlah bukti sejarah yang otentik bahwa pada abad ke-14 telah diakui keberadaannya sebagai salah satu “negara bawahan” Kerajaan Majapahit. Pengertian ”negara bawahan” dalam hal ini tidak jelas artinya karena tidak ada keterangan berikutnya.

Dengan demikian boleh dikatakan bahwa ”Negeri Mandailing” sudah ada sebelum abad ke-14. Karena sebelum keberadaannya dicatat tentunya Mandailing sudah terlebih dahulu ada. Kapan Negeri Mandailing mulai berdiri tidak diketahui secara persis. Tetapi karena nama Mandailing dalam kitab ini disebut-sebut bersama nama banyak negeri di Sumatera termasuk Pane dan Padang Lawas, kemungkinan sekali negeri Mandailing sudah mulai ada pada abad ke-5 atau sebelumya. Karena Kerajaan Pane sudah disebut-sebut dalam catatan Cina pada abad ke-6. Dugaan yang demikian ini dapat dihubungkan dengan bukti sejarah berupa reruntuhan candi yang terdapat di Simangambat dekat Siabu. Candi tersebut adalah Candi Siwa yang dibangun sekitar abad ke-8.

Orang Mandailing adalah salah satu dari sekian ratus suku-bangsa penduduk asli Indonesia. Dari zaman dahulu sampai sekarang orang Mandailing secara turun-temurun mendiami wilayah etnisnya sendiri yang terletak di Kabupaten Mandailing-Natal (Madina), Provinsi Sumatra Utara. Menurut tradisi orang Mandailing menamakan wilayah etnisnya sebagai Tano Rura Mandailing yang artinya “tanah lembah Mandailing”. Namun namanya yang populer sekarang ialah Mandailing, sama dengan nama suku-bangsa yang mendiaminya. Secara tradisional wilayah etnis Mandailing terdiri dari dua bagian, yaitu Mandailiang Godang (”Mandailing Besar”) berada di bagian utara, dan Mandailing Julu (”Mandailing Hulu”) berada di bagian selatan yang berbatasan dengan daerah Provinsi Sumatra Barat.

Suku-bangsa Mandailing merupakan masyarakat agraris yang patrilineal. Sebagian besar warganya bertempat tinggal di daerah pendesaan dan hidup sebagai petani dengan mengolah sawah dan mengerjakan kebun karet, kopi, kulit manis, dan sebagainya. Sampai pada masa pemerintahan kolonial Belanda, penduduk di kawasan Mandailing Godang dipimpin oleh raja-raja dari marga (clan) Nasution, sedangkan penduduk di kawasan Mandailing Julu dipimpin oleh raja-raja dari marga Lubis. Pada masa itu, di kedua kawasan tersebut terdapat banyak kerajaan tradisional yang kecil-kecil berupa komunitas yang dinamakan Huta atau Banua, yang masing-masing mempunyai kesatuan teritorial dan pemerintahan otonom.

Meskipun sudah banyak terjadi perubahan, tetapi sampai saat ini, dalam struktur masyarakat Mandailing yang patrilineal tersebut terdapat kelompok-kelompok kekerabatan yang dibentuk berdasarkan hubungan darah (blood ties) dan hubungan perkawinan (affinial ties). Kelompok kekerabatan yang dibentuk berdasarkan hubungan darah, oleh orang Mandailing dinamakan marga (clan). Hubungan kekerabatan (kinship) antara orang-orang Mandailing dalam ”satu marga” disebut kahanggi (abang-adik). Adapun nama marga di Mandailing antara lain Nasution, Lubis, Pulungan, Rangkuti, Parinduri, Daulae, Mardia, Batubara, dan Tanjung. Sedangkan kelompok kekerabatan yang dibentuk berdasarkan hubungan perkawinan (affinal ties) terdiri dari dua bagian, yaitu kelompok kerabat pemberi anak gadis dalam perkawinan (bride giver) yang dinamakan mora, dan kelompok kerabat penerima anak gadis (bride receiver) yang dinamakan anak boru. Dengan demikian dalam masyarakat Mandailing terdapat tiga kelompok kekerabatan (kingrous), yaitu mora, kahanggi dan anak boru.

Ketiga kelompok kekerabatan tersebut digunakan oleh masyarakat Mandailing sebagai komponen tumpuan untuk sistem sosialnya yang dinamakan Dalian Natolu (”tumpuan yang tiga”). Sistem sosial yang dinamakan Dalian Natolu berfungsi sebagai mekanisme untuk melaksanakan adat dalam kehidupan masyarakat Mandailing. Perwujudan pelaksanaan adat yang menggunakan sistem sosial Dalian Natolu sebagai mekanismenya dapat dilihat pada waktu penyelenggaraan upacara adat. Dalam masyarakat Mandailing suatu upacara adat hanya dapat diselengarakan jika didukung bersama oleh mora, kahanggi dan anak boru yang berfungsi sebagai tumpuan atau komponen sistem sosial Dalian Natolu. Kalau salah satu di antaranya tidak ikut mendukung, maka dengan sendirinya upacara adat tidak boleh atau tidak dapat diselenggarakan.

Dasar dari adat Dalian Natolu sebagai pranata hidup masyarakat Mandailing ialah olong (cinta dan kasih sayang) dan domu (keakraban). Adanya olong antara sesama manusia kemudian melahirkan domu antara satu sama lain. Terwujudnya domu antara sesama manusia Mandailing membuktikan bahwa mereka hidup dengan olong. Untuk membuat olong dan domu menjelma atau terwujud dalam kehidupan masyarakat Mandailing, maka diciptakan adat yang dilandasi oleh patik (ketentuan-ketentuan dasar atau komandemen). Adat diisi dengan uhum (kaidah-kaidah dan hukum). Dalam kehidupan masyarakat Mandailing, adat harus dijalankan menurut ugari (tata cara pelaksanaan adat) dengan menggunakan sistem sosial Dalian Natolu sebagai mekanismenya.

Untuk membuat aktivitas kehidupan masyarakat berjalan teratur seperti yang dikehendaki oleh adat sebagai penjelmaan olong, maka pada masa lalu di setiap komunitas huta terdapat satu lembaga yang menjalankan pemerintahan. Dalam lembaga pemerintahan tersebut duduk tokoh-tokoh pemimpin tradisional yang dinamakan Namora Natoras dengan dikepalai oleh seorang yang berstatus Raja Panusunan Bulung atau Raja Pamasuk. Raja Panusunan Bulung merupakan kepala pemerintahan di Huta induk (mother village), sedangkan Raja Pamusuk merupakan kepala pemerintahan di Huta yang merupakan pengembangan dari suatu Huta induk. Satu Huta induk dengan sejumlah Huta yang merupakan "anak" atau pengembangannya berada dalam satu ”ikatan adat” yang dinamakan Janjian. Begitupun masing-masing huta menjalankan pemerintahan secara otonom, dan pemerintahan dijalankan secara demokratis dalam arti segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan pemerintahan dalam suatu huta hanya dapat dilaksanakan setelah disetujui berdasarkan mufakat oleh Namora Natoras yang duduk dalam lembaga pemerintahan secara representatif dari penduduk huta. Dan raja sebagai kepala pemerintahan tidak memiliki wewenang atau otoritas untuk berbuat sesuka hati dalam hal pemerintahan tanpa persetujuan Namora Natoras.

Sidang-sidang untuk urusan pemerintahan, urusan sosial dan pengadilan di satu huta diselenggarakan di Balai Adat yang dinamakan Sopo Sio Rancang Magodang atau Sopo Godang yang bangunannya terletak berdekatan dengan istana raja yang dinamakan Sopo Sio Dalom Magodang atau Bagas Godang. Adanya Bagas Godang dan Sopo Godang di satu tempat pemukiman masyarakat Mandailing, menandakan bahwa tempat pemukiman itu merupakan satu huta atau banua yang berstatus sebagai kerajaan dengan pemerintahan yang otonom.

Pada masa pemeritahan kolonial Belanda, pemerintahan tradisional Mandailing yang semula dijalankan secara demokratis, sedikit demi sedikit mulai kehilangan sifatnya yang demokratis, karena dengan kekuasaannya yang kolonialistis para penguasa Belanda menjadikan Raja Panusunan Bulang dan Raja Pamusuk sebagai alat pemerintah kolonial untuk menindas penduduk dengan pengutipan belasting (pajak) dan pelaksanaan rodi (kerja paksa). Untuk itu penguasa kolonial memberi mereka "gaji" dan memperbesarkan kekuasaan dan hak-hak mereka, serta mengangkat Raja Panusunan Bulung menjadi Kepala Kuria dan Raja Pamusuk menjadi Kepala Kampung. Pada akhirnya raja-raja yang semula tunduk kepada kedaulatan rakyat yang diwakili oleh Namora Natoras yang duduk dalam lembaga pemerintahan, berubah menjadi raja-raja feodalistis yang memaksakan kehendaknya kepada rakyat dengan menggunakan dukungan pemerintah kolonial Belanda.

Masuknya penjajahan atau pemeritahan kolonial Belanda ke Mandailing terjadi pada waktu Belanda sedang berperang dengan Kaum Paderi di Minangkabau pada tahun 1830-an. Sebelum Belanda masuk ke Mandailing, beberapa tahun lamanya Kaum Paderi sudah lebih dahulu menguasai Mandailing. Salah satu tujuan penting dari Kaum Paderi menguasai Mandailing ialah untuk memperluaskan pengembangan agama Islam. Karena sebelum Kaum Paderi memasuki dan akhirnya menguasai Mandailing, penduduknya menganut animisme yang dinamakan pelebegu (memuja roh nenek moyang). Tapi setelah Kaum Paderi menguasai seluruh Mandailing, dengan cepat sekali hampir semua penduduknya menganut agama Islam yang dikembangkan oleh Kaum Paderi. Sejalan dengan itu, segala sesuatu yang berbau anismisme dengan cepat pula hilang atau dilenyapkan dari kehidupan masyarakat Mandailing dan berganti dengan yang Islami. Hingga sampai saat ini, orang-orang Mandailing terkenal sebagai pemeluk agama Islam yang cukup taat.

Pada waktu Belanda sudah berhasil mengalahkan Kaum Paderi dan mulai menduduki Mandailing, missionaris mulai mencoba menggembangkan agama Nasrani di kalangan penduduk. Tapi sama sekali tidak berhasil karena penduduk di Mandailing sudah lebih dahulu menganut agama Islam. Oleh karena itu dari dahulu sampai sekarang agama Nasrani tidak berkembang di Mandailing. Ketika Belanda mulai memperkuat kedudukannya di Mandailing sejak pertengahan tahun 1830-an, peperangan antara Kaum Paderi dan Belanda masih terus berlangsung, termasuk di Mandailing. Karena kekuatan Belanda lebih unggul, maka banyak di antara orang-orang Mandailing pengikut Paderi yang meninggalkan kampung halaman mereka untuk menghindari penjajahan Belanda. Di antara mereka banyak yang pindah ke Malaya (Malaysia sekarang) dan menetap turun-temurun di negeri itu sampai sekarang.

Berkenaan dengan Hata atau Bahasa Mandailing, akhir-akhir ini mulai dikembangkan oleh orang-orang tertentu suatu konsep yang salah mengenai bahasa yang digunakan oleh masyarakat Mandailing. Mereka menyebut bahasa yang digunakan oleh masyarakat Mandailing sebagai ”Bahasa Angkola Mandailing”. Secara kultural sebenarnya tidak ada ”Bahasa Angkola Mandailing”. Karena kalau kita tanyakan kepada orang Mandailing bahasa apa yang dipakainya, sudah pasti orang yang bersangkutan akan menjawab bahwa bahasa yang dipakainya ialah Bahasa Mandailing. Dia tidak akan mengatakan ”Bahasa Angkola Mandailing”. Dan kalau kita tanyakan kepada orang Angkola, bahasa apa yang dipakainya, sudah tentu ia akan menjawab Bahasa Angkola. Keadaan yang demikian itu membuktikan bahwa tidak ada ”Bahasa Angkola Mandailing”.

Kenyataan memang menunjukkan bahwa orang Mandailing dan orang Angkola menggunakan satu bahasa yang sama. Tapi orang Angkola mengakui bahwa bahasa yang dipakainya atau bahasa ibunya ialah Bahasa Angkola dan orang Mandailing mengakui bahwa bahasa ibunya ialah Bahasa Mandailing. Dalam hal ini, kita dapat menggunakan pendapat pakar bahasa H.N. Van Der Tuuk untuk menjelaskan persoalannya. Van Der Tuuk pernah melakukan penelitian mengenai Bahasa Mandailing dan beberapa bahasa etnis lainnya yang terdapat di Sumatera Utara. Dari hasil penelitiannya mengenai Bahasa Mandailing, Van Der Tuuk mengemukakan (1971: XLVII), "Dengan mengacu ke pantai barat Sumatera, dengan aman dapat dikatakan bahwa bahasa Mandailing meluas dari Ophir atau pegunungan Pasaman di sebelah selatan sampai ke perbatasan bagian utara dari Sipirok dan Batang Toru. bahasa Mandailing terbagi menjadi bahasa Mandailing utara (juga disebut bahasa Angkola) dan bahasa Mandailing selatan. Belum mungkin untuk merumuskan batas-batas yang pasti di antara keduanya".

Keterangan atau pendapat Van Der Tuuk tersebut menunjukkan dengan jelas sekali bahwa bahasa orang Mandailing dan bahasa orang Angkola ialah Bahasa Mandailing. Tetapi Bahasa Mandailing yang digunakan oleh orang Angkola disebut juga Bahasa Angkola. Dengan demikian jelas pulalah bahwa sebenarnya tidak ada ”Bahasa Angkola Mandailing” seperti yang belakangan ini mulai disebut-sebut oleh orang-orang tertentu. Perbuatan yang demikian itu benar-benar merupakan suatu kekeliruan (untuk tidak menyebut manipulasi) yang seharusnya tidak dilakukan oleh sarjana bahasa, yang seharusnya mengetahui tentang prinsip dan sikap emik dan etik dalam mengemukakan pendapat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan, termasuk mengenai bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan yang sangat penting.

Bahasa Mandailing (khususnya yang digunakan oleh kelompok etnis atau masyarakat Mandailing pada masa yang lalu) atau yang disebut oleh Van Der Tuuk sebagai bahasa Mandailing, terdiri dari lima ragam. Masing-masing dinamakan oleh orang Mandailing sebagai: (1) Hata Somal, ialah ragam bahasa Mandailing yang dipergunakan oleh orang-orang Mandailing dalam percakapan sehari-hari sampai pada saat ini; (2) Hata Andung, ialah semacam ragam bahasa sastra, yang pada masa dahulu khusus digunakan oleh orang-orang Mandailing pada waktu meratapi jenasah dalam upacara kematian. Juga digunakan oleh gadis ketika ia meratap di hadapan orang tuanya pada saat akan berangkat meninggalkan mereka untuk selanjutnya dibawa ke rumah keluarga calon suaminya; (3) Hata Teas Dohot Jampolak, ialah ragam bahasa caci-maki yang khusus digunakan ketika terjadi hal-hal yang tidak baik (pertengkaran atau perkelahian); (4) Hata Sibaso, ialah ragam bahasa yang khusus digunakan oleh tokoh Sibaso (medium perantara alam nyata dan alam gaib) ketika berada dalam keadaan kesurupan dan juga digunakan oleh Datu (penyembuh tradisional) pada waktu melakukan pengobatan; dan (5) Hata Parkapur, ialah ragam bahasa sirkumlokusi yang khusus digunakan ketika orang berada di tengah hutan. Pada masa yang lalu digunakan oleh orang-orang Mandailing pencari kapur barus ketika berada dalam hutan. Itulah sebabnya maka ragam bahasa tersebut dinamakan hata parkapur.

Di samping kelima macam ragam bahasa yang telah dikemukakan di atas, pada masa lalu masyarakat Mandailing juga memiliki satu ragam bahasa yang lain yang dinamakan hata bulung-bulung (artinya bahasa daun-daunan), yang oleh Ch. A. van Ophuysen menamakannya bladerentaal. Berbeda dari bahasa yang biasa, yang digunakan sebagai kata-kata dalam hata bulung-bulung ialah daun tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa Mandailing disebut bulung-bulung. Daun-daunan yang digunakan ialah daun-daunan yang namanya punya persamaan bunyi dengan kata-kata yang terdapat dalam bahasa Mandailing. Misalnya ialah daun tumbuh-tumbuhan yang bernama sitarak digunakan untuk menyampaikan kata marsarak (berpisah); daun tumbuh-tumbuhan yang bernama pau (pakis) digunakan untuk menyampaikan kata diau (pada saya); daun tumbuh-tumbuhan yang bernama sitanggis (setanggi) digunakan untuk menyampaikan perkataan tangis (menangis); daun tumbuh-tumbuhan yang bernama podom-podom digunakan untuk menyampaikan perkataan modom (tidur); daun tumbuh-tumbuhan yang bernama hadungdung digunakan untuk menyampaikan perkatan dung (setelah); dan daun tumbuh-tumbuhan yang bernama sitata digunakan untuk menyampaikan perkataan hita (kita). Kalau misalnya daun hadungdung bersama-sama dengan daun sitata, daun sitarak, daun sitanggis dan daun podom-podom dikirimkan oleh seorang pemuda kepada kekasihnya, maka sang kekasih akan mengerti bahwa sang pemuda mengatakan kepadanya: "dung hita marsarak jolo tangis au anso modon". Artinya "setelah kita berpisah, menangis saya dahulu baru bisa tertidur".

Pada masa yang lalu, bahasa daun-daun biasanya digunakan oleh muda-mudi (disebut naposo nauli bulung) dalam masyarakat Mandailing, terutama pada waktu mereka berpacaran. Dalam hal ini, dapat dikemukakan bahwa pada masa yang lalu kegiatan berpacaran (asmara) antara pemuda dan pemudi dalam masyarakat Mandailing sama sekali tidak boleh dilakukan secara terbuka. Hubungan dan kegiatan berpacaran harus dirahasiakan atau dilakukan secara rahsia. Oleh karena itu, jika dua orang muda yang berpacaran hendak menyampaikan sesuatu di antara mereka, maka mereka menggunakan bahasa daun-daunan. Dan jika seorang kekasih hendak menyampaikan daun-daunan sebagai "surat cinta" kepada pacarnya, dia harus melakukannya secara rahasia. Misalnya dengan meletakkan daun-daunan tersebut di satu tempat tertentu yang sudah mereka sepakati dan tidak diketahui orang lain. Secara sembunyi-sembunyi mereka yang berpacaran itu akan mengunjungi tempat rahasia tersebut secara bergiliran, untuk melihat apakah di tempat itu terdapat “surat cinta” yang terdiri dari daun-daunan.

Kalau dua orang yang sedang berpacaran hendak berdialog secara langsung, mereka akan melakukannya dengan cara yang disebut markusip (berbisik). Kegiatan markusip dilakukan pada waktu tengah malam agar tidak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini, pemuda dengan cara sembunyi-sembunyi mendatangi rumah tempat kekasihnya tidur. Kemudian dengan menggunakan sandi atau kode sang pemuda akan membangunkan kekasihnya dari balik dinding rumah tersebut. Untuk membangunkan sang kekasih, biasanya pemuda menjentik-jentik dinding rumah dengan jari tangannya secara perlahan-lahan. Dalam hal ini, biasanya sang kekasih memang sudah menunggu kedatangan kekasihnya untuk markusip pada waktu-waktu tertentu di tengah malam. Oleh karena itu sang pemuda cukup menjentik dinding rumah beberapa kali untuk memberitahukan bahwa dia sudah datang dan berada di balik dinding. Kadang-kadang untuk memberitahu kehadirannya di balik dinding sang pemuda membunyikan alat musik genggong (jaw's harp). Bila sang gadis sudah mengetahui kehadiran kekasihnya di balik dinding, maka mulailah mereka berdialog secara berbisik-bisik. Dialog antara dua orang yang markusip biasanya dihiasi dengan pantun-pantun percintaan yang romantis. Dan tidak jarang pula dihiasi dengan musik yang dimainkan dengan alat tiup yang terbuat dari ruas bambu (buluh) yang relatif sangat kecil, sehingga suaranya sangat halus. Alat musik yang khusus digunakan pada waktu markusip itu dinamakan tulila.

Pada masa sekarang, bahasa daun-daunan (hata bulung-bulung), dan penggunaannya sudah hilang dari tradisi budaya Mandailing. Demikian pula halnya dengan ragam-ragam bahasa yang tersebut di atas. Yang masih terus digunakan oleh warga masyarakat Mandailing di negeri mereka ialah hata somal (ragam bahasa sehari-hari). Sedangkan ragam bahasa yang lainnya, boleh dikatakan sudah hampir punah sama sekali. Karena selama ini warga masyarakat Mandailing tidak berusaha untuk melestarikannya. Kepunahan ragam-ragam bahasa Mandailing yang sangat kaya itu sangat merugikan kelompok etnis Mandailing, bahkan merugikan bangsa Indonesia. Karena ragam bahasa tersebut merupakan kekayaan budaya etnis, yang kalau sudah punah hampir mustahil untuk menghidupkannya kembali.

Disamping memiliki bahasa sendiri (Hata Mandailing), orang Mandailing juga memiliki aksara etnisnya sendiri yang dinamakan surat tulakt-tulak (bukan aksara Batak). Meskipun masyarakat Mandailing memiliki aksara tetapi boleh dikatakan aksara tersebut pada masa lalu tidak dipergunakan untuk mencatat atau menulis sejarah. Kalaupun aksara etnis tersebut dipergunakan buat menuliskan hal-hal yang berhubungan dengan masa lalu, ia hanya dipergunakan buat menuliskan tarombo (silsilah keluarga). Selain itu lebih banyak dipergunakan buat mencatat ilmu pengobatan tradisional dan ilmu peramalan dalam kitab tradisional yang disebut pustaha. Oleh karena itu hingga sekarang tidak ditemukan catatan sejarah Mandailing yang dituliskan dengan surat tulak-tulak. Hal-hal yang berkaitan dengan masa lalu Mandailing boleh dikatakan hanya terekam sebagai "Sejarah Lisan" berupa kisah-kisah Mandailing pada masa lalu yang kadang-kadang dituturkan oleh orang-orang yang masih mengingatnya dan sama sekali tidak dituliskan meskipun masyarakat Mandailing mempunyai aksara etnisnya sendiri.

Di Mandailing surat tulak-tulak dipergunakan untuk menulis pustaha. Ada pustaha yang terbuat dari kulit kayu atau lak-lak yang dilipat-lipat, dan ada juga yang terbuat dari satu ruas atau beberapa ruas bambu. Pustaha yang terbuat dari kulit kayu yang dilipat-lipat biasanya berisi mantra-mantra dan cara-cara penyembuhan tradisional. Selain itu ada juga yang berisi ilmu perbintangan (semacam ilmu astrologi), ilmu meramal, dan ilmu-ilmu gaib. Sedangkan pustaha yang terbuat dari bambu satu ruas atau lebih, biasanya berisi tarombo atau silsilah keluarga.

Menurut Harry Parkin, dalam bukunya yang berjudul Batak Fruit of Hindu Thought (1978:102), bahwa tanggal yang tercatat sebagai tanggal pertama kali pustaha didapat seorang kolektor merupakan satu-satunya bukti mengenai usia pustaha. Pada 18 Mei 1746, Alexander Hall menyerahkan satu pustaha kepada British Museum. Itulah pustaha tertua yang pernah dikenal. Dalam buku yang sama Harry Parkin juga menjelaskan bahwa gaya bahasa yang digunakan dalam menulis pustaha dinamakan hata ni poda (ragam bahasa nasehat). Hal ini berarti semua pustaha (yang dimiliki berbagai kelompok etnis di Sumatera Utara, seperti Mandailing, Angkola, Toba, Simalungun, Karo, dan Pakpak) menggunakan gaya bahasa yang serupa.

Gaya bahasa tersebut, menurut Voarhoeve, adalah satu ragam bahasa kuno dari Selatan (Mandailing). Pustaha dari daerah lain, seperti Toba, Simalungun, Karo, dan Fakfak, tidak ditulis dengan bahasa yang murni kelompok-kelompok etnis tersebut, tetapi ditulis dengan ragam hata poda yang dicampur dengan bahasa etnis yang bersangkutan.

Fakta yang demikian ini mendukung kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil perbandingan tulisan-tulisan dari berbagai idiom bahwa bahasa yang dipergunakan untuk menulis pustaha mendapatkan aksaranya dari Selatan (Mandailing). Ragam bahasa poda terkait dengan ilmu-ilmu gaib para datu ini menghadirkan berbagai problema linguistik. Masing-masing datu mempunyai jargon atau sistem singkatan bahasanya sendiri. Masing-masing ilmu gaib mempunyai terminologinya sendiri yang tidak digunakan dalam bahasa sehari-hari, sehingga tidak dipahami secara umum. Biasanya hanya datu yang bertanggungjawab atas penulisan pustaha, dan yang dapat memberikan suatu penjelasan yang penuh dan jelas tentang isi pustaha.

Suatu perbandingan mengenai aksara yang punya persamaan yang digunakan untuk menulis pustaha, bersama dengan fakta bahwa bahasa poda merupakan ragam bahasa kuno dari Selatan (Mandailing) memberikan petunjuk satu pola perkembangan dari Selatan ke arah Utara. Isi pustaha menunjukkan rasa tertarik yang jelas terhadap konsep megicoriligious (konsep sihir-religius).

Harry Parkin (1978:101) menambahkan, bahwa ”aksara tersebut masuk ke daerah Toba dari Mandailing. Dari Toba jalan yang dilaluinya bercabang dua mengelilingi danau, satu cabang bergerak memasuki Simalungun, dan cabang yang satu lagi memasuki Dairi, dan dari sana masuk pula ke Karo. Hal ini terjadi secara bertahap dan alamiah...”. Sedangkan sarjana Barat lain yaitu Uli Kozok dalam bukunya Warisan Leluhur, Sastra dan Aksara Batak (1999:61-79) juga menggambarkan persebaran surat tulak-tulak dari Mandailing ke Utara (sebagaimana yang digambarkan dalam sebuah peta).

Kalau penggunaan aksara surat tulak-tulak dipakai sebagai pertanda jaman sejarah di Mandailing, kita juga belum tahu sama sekali kapan waktunya warga Mandailing menggunakan aksara etnis tersebut. Itu berarti bahwa kita tidak tahu kapan mulai warga Mandailing mengawali jaman sejarahnya.

Barangkali tidak salah kalau sejarah Mandailing kita bicarakan dengan mengawalinya dengan jaman Hindu di Indonesia atau jaman Hindu di Mandailing. Karena kita tahu bangsa Hindu yang datang ke Indonesia termasuk Mandailing mempunyai aksara. Dalam hubungan ini ada beberapa pendapat (teori) yang mengatakan bahwa aksara-aksara etnis yang terdapat di Nusantara ini termasuk surat tulak-tulak berasal dari aksara Hindu yang disebut aksara Pallawa, Dewa Nagari dan Kala Nagari.

Kalau pendapat ini kita terima maka dapatlah kita katakan bahwa jaman sejarah di Mandailing mulai dari awal abad Masehi. Karena pada masa itulah orang Hindu dari India mulai masuk ke Mandailing antara abad pertama dan abad kelima Masehi. Sebab pada abad ke 2 Masehi orang Hindu dari India mulai sibuk mencari emas karena pasokan emas ke India pada waktu itu mulai terhenti akibat terjadinya kerusuhan besar di Asia Tengah akibat terjadinya penyerbuan bangsa Tar Tar dan bangsa Hun serta bangsa Mongol.

Kita tahu bahwa bangsa Hindu menyebut pulau Sumatera: Swarna Dwipa (Pulau Emas) yang menjadi tujuan orang Hindu dari India pada waktu mereka berusaha mencari emas. Di pulau Sumatera wilayah Mandailing (yang pada masa dahulu termasuk di dalamnya kawasan Pasaman) kaya dengan emas. Dari zaman dahulu sampai sekarang, Mandailing dinamakan Tano Rura Mandailing, Tano Omas Sigumorsing yang berarti Tanah Emas.***

Sabtu, 25 Desember 2010

PUISI,KATA-KATA MUTIARA DAN ASMARA

SEGITIGA BERMUDA

Segitiga bermuda yang juga biasa disebut segitiga setan terletak di wilayah lautan samudera atlantik seluas 1,5 juta mil2 atau 4juta km2 yang membentuk garis segita antara wilayah2 teritorial britania raya sbg titik di sebelah utara, puerto rico teritorial amerika serikat titik di sebelah selatan dan miami negara bagian florida amerika serikat sbg titik disebelah barat.



Pasti pernah dgr kan peristiwa2 aneh di sana yang sering terjadi kapal2 hilang baik laut maupun udara secara misterius.Ada yang bilang segitiga bermuda itu adalah tempat mangkalnya alien dan ufo.Ada yg bilang itu adalah pusat magnet terbesar didunia.Ada juga yang bilang itu pusat bumi dan terdapat black hole yang mampu menyedot apapun yg melintas.Lalu apa pendapat islam tentang segita bermuda?

Ada hadist yg diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda “Apabila salah seorang berada ditempat yg terbuka atau ditengah matahari sedang bersinar, lalu bayangan yg meneduhinya bergerau sehingga sebagian dari dirinya terletak ditempat panas dan sebagibn lagi di tempat sejuk, maka hendaklah dia berdiri atau meninggalkan tempat itu” dikatakan larangan ini karena tempat seperti itu adalah tempat yang paling digemari oleh Syaitan.Jadi apa kaitannya dengan bermuda???

Alasannya karena bermuda terletak di perairan atlantik di pertengahan antara benua Amerika bagian utara dan Afrika.Secara mudah lokasi ini adalah kawasan pertembungan dua arus panas dari afrika dan sejuk dari Amerika Utara. Dengan hadist ini maka terjawablah misteri segitiga bermuda.Perkara2 aneh yg terjadi itu tentu antara lain disebabkan pertembungan antara panas dan sejuk dan istana Syaitan yang mungkin tersembunyi disitu.

Ada sebuah buku yang berjudul “Dajjal akan muncul dari kerajaan jin di segitiga bermuda” Karya Sheikh Muhammad Isa Dawuud dari Mesir,bahwa kawasan bermuda adalah kawasan Jin dimana dari situlah akan muncul Dajjal. Jika benar dakwaan buku itu, tidak aneh lagi apa yang di Sabdakan Oleh Nabi SAW itu nyata adanya dan bahkan mendahului zaman sekaligus Nabi SAW membuktikan bahwa islam memiliki semua jawaban untuk semua pertanyaan.

Menurut Syaikh Imam M. Ma’rifatullah Al-arsy, segitiga bermuda merupan tempat titik terujung di dunia ini. Ditengah kawasan itu terdapat sebuah telaga yang airnya dapat membuat siapa saja yg meminumnya menjadi panjang umur, ditempat itu pula Nabiyullah Khidzir A.S bertahta sebagai penjaga sumber air kehidupan tersebut.Syaitkh imam M. M berkata kalau penyelamat akhir Zaman Imam Mahdi akan keluar dari Ghaibnya melalui tempat tersebut dengan menggukan jubah suci berwarna kebiruan.

Lalu apa penyebab hilangnya berbagai macam kapal ditempat itu??? Menurut Syaikh Imam M lagi, para iblis dan Syaitan tersebut yang tak bisa mendekati pusat kawasan agung itu,maka mereka pun berjaga disekelilingnya dan bertujuan untuk menghalangi setiap manusia yang mencoba untuk memasuki kawasan agung itu(segitiga bermuda).Karena sesungguhnya barang siapa yg bisa sampai ketempat titik tengah kawasan segitiga bermuda, maka dia akan mengetahui kebenaran alam yg sesungguhnya.

Banyak orang2 jaman dahulu yang telah mencoba kepusat Segitiga bermuda dan kebanyakan dari mereka enggan untuk kembali pulang kedunianya. Menurut sebuah artikel kuno, Raja Iskandar Agung pernah mencoba masuk ke kawasan agung itu.Dan sekembalinya mereka mengatakan bahwa tempat itu berpasirkan permata dan berbatukan berlian.Tempat yang dipenuhi dengan kabut putih tebal itu sangat indah untuk dipandang tapi sangat berbahaya untuk di datangi. PS: ya Allahu’alam… Semua kembali kepada sang pencipta Alam Allah SWT, karena sesungguhnya Allah SWT lah yang paling tahu apa sebenarnya segitiga bermuda itu.

Senin, 20 Desember 2010

DAJJAL SUDAH ADA DI SEBUAH PULAU

Asy-Sya’bi rahimahullahu mengatakan kepada Fathimah bintu Qais radhiyallahu ‘anha: “Beri aku sebuah hadits yang kamu dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang tidak kamu sandarkan kepada seorang pun selain beliau.” Fathimah mengatakan: “Jika engkau memang menghendakinya akan aku lakukan.” “Ya, berikan aku hadits itu,” jawab Asy-Sya’bi
Fathimah pun berkisah: “…Aku mendengar seruan orang yang berseru, penyeru Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyeru ‘Ash-shalatu Jami’ah’. Aku pun keluar menuju masjid lantas shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan aku berada pada shaf wanita yang langsung berada di belakang shaf laki-laki. Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari shalatnya maka beliau duduk di mimbar dan tertawa seraya mengatakan: ‘Hendaknya setiap orang tetap di tempat shalatnya.’ Kemudian kembali berkata: ‘Apakah kalian tahu mengapa aku kumpulkan kalian?’ Para sahabat menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: ‘Sesungguhnya –demi Allah-, aku tidak kumpulkan kalian untuk sesuatu yang menggembirakan atau menakutkan kalian. Namun aku kumpulkan kalian karena Tamim Ad-Dari. Dahulu ia seorang Nasrani lalu datang kemudian berbai’at dan masuk Islam serta mengabariku sebuah kisah, sesuai dengan apa yang aku ceritakan kepada kalian tentang Al-Masih Ad-Dajjal.

Ia memberitakan bahwa ia naik kapal bersama 30 orang dari Kabilah Lakhm dan Judzam. Lalu mereka dipermainkan oleh ombak hingga berada di tengah lautan selama satu bulan. Sampai mereka terdampar di sebuah pulau di tengah lautan tersebut saat tenggelamnya matahari. Mereka pun duduk (menaiki) perahu-perahu kecil. Setelah itu mereka memasuki pulau tersebut hingga menjumpai binatang yang berambut sangat lebat dan kaku. Mereka tidak tahu mana qubul dan mana dubur-nya, karena demikian lebat bulunya. Mereka pun berkata: ‘Apakah kamu ini?’ Ia (binatang yang bisa berbicara itu) menjawab: ‘Aku adalah Al-Jassasah.’ Mereka mengatakan: ‘Apa Al-Jassasah itu?’ Ia (justru mengatakan): ‘Wahai kaum, pergilah kalian kepada laki-laki yang ada rumah ibadah itu. Sesungguhnya ia sangat merindukan berita kalian.’ Tamim mengatakan: ‘Ketika dia menyebutkan untuk kami orang laki-laki, kami khawatir kalau binatang itu ternyata setan.’ Tamim mengatakan: ‘Maka kami pun bergerak menuju kepadanya dengan cepat sehingga kami masuk ke tempat ibadah itu. Ternyata di dalamnya ada orang yang paling besar yang pernah kami lihat dan paling kuat ikatannya. Kedua tangannya terikat dengan lehernya, antara dua lututnya dan dua mata kakinya terikat dengan besi. Kami katakan: ‘Celaka kamu, apa kamu ini?’ Ia menjawab: ‘Kalian telah mampu mengetahui tentang aku. Maka beritakan kepadaku siapa kalian ini?’ Mereka menjawab: ‘Kami ini orang-orang dari Arab. Kami menaiki kapal ternyata kami bertepatan mendapati laut sedang bergelombang luar biasa, sehingga kami dipermainkan ombak selama satu bulan lamanya, sampai kami terdampar di pulaumu ini. Kami pun naik perahu kecil, lalu memasuki pulau ini dan bertemu dengan binatang yang sangat lebat dan kaku rambutnya. Tidak diketahui mana qubul-nya dan mana duburnya karena lebatnya rambut. Kamipun mengatakan: ‘Celaka kamu, apa kamu ini?’ Ia menjawab: ‘Aku adalah Al-Jassasah.’ Kamipun bertanya lagi: ‘Apa Al-Jassasah itu?’ Ia malah menjawab, pergilah ke rumah ibadah itu sesungguhnya ia sangat merindukan berita kalian. Maka kami pun segera menujumu dan kami takut dari binatang itu. Kami tidak merasa aman kalau ternyata ia adalah setan.’

Lalu orang itu mengatakan: ‘Kabarkan kepadaku tentang pohon-pohon korma di Baisan.’

Kami mengatakan: ‘Tentang apanya engkau meminta beritanya?’

‘Aku bertanya kepada kalian tentang pohon kormanya, apakah masih berbuah?’ katanya.

Kami menjawab: ‘Ya.’

Ia mengatakan: ‘Sesungguhnya hampir-hampir ia tidak akan mengeluarkan buahnya. Kabarkan kepadaku tentang danau Thabariyyah.’

Kami jawab: ‘Tentang apa engkau meminta beritanya?’

‘Apakah masih ada airnya?’ jawabnya.

Mereka menjawab: ‘Danau itu banyak airnya.’

Ia mengatakan: ‘Sesungguhnya hampir-hampir airnya akan hilang. Kabarkan kepadaku tentang mata air Zughar1.’

Mereka mengatakan: ‘Tentang apanya kamu minta berita?’

‘Apakah di mata air itu masih ada airnya? Dan apakah penduduknya masih bertani dengan airnya?’ jawabnya.

Kami katakan: ‘Ya, mata air itu deras airnya dan penduduknya bertani dengannya.’ Ia mengatakan: ‘Kabarkan kepadaku tentang Nabi Ummiyyin, apa yang dia lakukan?’

Mereka menjawab: ‘Ia telah muncul dari Makkah dan tinggal di Yatsrib (Madinah).’

Ia mengatakan: ‘Apakah orang-orang Arab memeranginya?’

Kami menjawab: ‘Ya.’

Ia mengatakan lagi: ‘Apa yang dia lakukan terhadap orang-orang Arab?’ Maka kami beritakan bahwa ia telah menang atas orang-orang Arab di sekitarnya dan mereka taat kepadanya.

Ia mengatakan: ‘Itu sudah terjadi?’

Kami katakan: ‘Ya.’

Ia mengatakan: ‘Sesungguhnya baik bagi mereka untuk taat kepadanya. Dan aku akan beritakan kepada kalian tentang aku, sesungguhnya aku adalah Al-Masih. Dan hampir-hampir aku diberi ijin untuk keluar sehingga aku keluar lalu berjalan di bumi dan tidak ku tinggalkan satu negeri pun kecuali aku akan turun padanya dalam waktu 40 malam kecuali Makkah dan Thaibah, keduanya haram bagiku. Setiap kali aku akan masuk pada salah satunya, malaikat menghadangku dengan pedang terhunus di tangannya, menghalangiku darinya. Dan sesungguhnya pada setiap celahnya (dua kota itu) ada para malaikat yang menjaganya.’

Fathimah mengatakan: ‘Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dengan menusukkan tongkatnya di mimbar sambil mengatakan: ‘Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah2, yakni Al-Madinah. Apakah aku telah beritahukan kepada kalian tentang hal itu?’

Orang-orang menjawab: ‘Ya.’

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya cerita Tamim menakjubkanku, di mana sesuai dengan apa yang kuceritakan kepada kalian tentangnya (Dajjal), serta tentang Makkah dan Madinah. Ketahuilah bahwa ia berada di lautan Syam atau lautan Yaman- tidak, bahkan dari arah timur. Tidak, dia dari arah timur. Tidak, dia dari arah timur. Tidak, dia dari arah timur -dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya ke arah timur-.’

Fathimah mengatakan: “Ini saya hafal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

(HR. Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathis Sa’ah, Bab Qishshatul Jassasah)

1 Nama sebuah daerah di Syam.

2 Dalam riwayat lain beliau mengatakan: "Dan itu adalah Dajjal."

HIKMAH,TAUHID DAN TASAWUF

Sebenarnya, paket studi tasawuf kali ini merupakan lanjutan yang sifatnya pendalaman dari kajian-kajian terdahulu. Oleh karena itu, kita memfokuskan kajian ini untuk memahami satu visi, yang dikenal dengan visi Ataillah.
Di dalam tasawuf dikenal dan dibahas, misalnya visi Hallajiyah, visi Ibnu Arabiyah, visi Gazaliyah, dan visi Ibnu Taimiyah. Yang dibahas saat ini adalah visi Attaillah. Pendiri tasawuf 'Attaiyah ini adalah Attaillah.

Lengkapnya, ada yang membaca al-Sakandari dan ada yang membaca al-Iskandari karena orangnya mukim di Iskandaria, Mesir, yaitu satu kota wisata yang dahulunya kota tasawuf. Sebelum menjadi kota tasawuf Iskandaria adalah kota filsafat di zaman Romawi, jadi berkembang dari kota tasawuf menjadi kota wisata, yang jauh lebih bebas daripada Pantai Kute, Bali.
Memang benar bahwa Attaillah adalah seorang ulama terkenal di dunia tasawuf, bahkan karyanya yaitu al-Hikam, dikenal di seluruh dunia Islam. Ia wafat pada tahun 1309 (abad ke 14 M); makamnya ada di Kairo, Mesir; dan masih ramai dikunjungi orang.

Buah karya dari Syekh Attaillah ini, salah satu cirinya adalah puitis. Jadi, al-Hikam itu boleh dikatakan merupakan himpunan hikmah-hikmah yang digubah secara puitis dan indah. Pembicaraannya berkisar masalah tasawuf karena memang tasawuf itu sendiri sebenarnya adalah suatu keindahan.
Kemudian, di dalam dunia modern ini disebutkan adanya salon-salon kecantikan. Tetapi, salon kecantikan yang kita coba kaji sekarang ini adalah salon kecantikan hati nurani. Salon kecantikan hati nurani itu adalah tasawuf.
Jadi tasawuf, saya gambarkan sebagai gedung. Dan, di dalam gedung tasawuf itu ada orang-orang yang ingin memperindah hati nuraninya, mempercantik, mempersolek, dan masuk di situ untuk dirawat.

Di dalam gedung itu berisi orang-orang profesional, yang dalam istilah tasawufnya disebut "Mursyid". Mursyid adalah orang-orang profesional, perawat kecantikan hati nurani. Mursyid yang profesional yang termasur di antaranya adalah Imam al-Hasan al-Syadzili, guru Ataillah al-Sakandari.
Mereka, para profesional salon kecantikan (Mursyid) itu tidak berasal dari satu aliran saja. Tiap-tiap aliran itu mempunyai metode-metode tertentu.
Jadi, kalau dalam salon kecantikan itu - dalam arti salon biasa - ada metode metode dari Paris, London dan Tokyo, maka model rambut pun berbeda-beda, bahkan sampai kepada bedak yang dipakai itu juga berbeda-beda.
Begitu pula, sebenarnya kalau kita umpamakan dengan dunia tasawuf, memiliki metode-metode yang berbeda beda. Metode-metode ini namanya "tarekat". Misalnya, ada tarekat Syadziliyah, yang berarti metode Imam al-Syadzili di dalam merawat kecantikan hati nurani; ada tarekat yang namanya Iskandariyah; ada tarekat Rifaiyah, dan banyak macam. Di Indonesia saja ada sekitar 40 macam tarekat. Jadi gambarannya seperti itu.
Metode memperindah dan mempercantik hati nurani, atau dalam bahasa tasawuf disebut "qalbu", jelas bermuara pada upaya mendapatkan pedoman hidup. Yang menjadi pertanyaan pokok adalah, di mana seseorang mendapatkan pedoman hidup sehingga hidupnya teratur dan diridlai oleh Allah SWT.?
Di dalam buku al-Hikam karya Syekh Ataillah - yang dikaji ini - dihimpun hikmah-hikmah atau kata-kata hikmah.
Yang dimaksud dengan kata-kata hikmah itu adalah kata-katanya ringkas dan padat arti. Dengan demikian, kelebihan al-Hikam adalah karena memakai rumus puitis, misalnya:
Nuqshon al rajaa' 'inda wujuud al zalal.
Jadi, memakai sajak dan enak didengarkan. Ini adalah pembuka dari buku al-Hikam. Ataillah, dalam rangkaian kata-kata puitis tersebut berbicara tentang hubungan antara kerja dan harapan.
Al-amal berarti kerja dan al-rajaa' berarti harapan. Bagaimana hubungan antara harapan dengan kerja, atau sebaliknya, bagaimana hubungan antara kerja dengan harapan, atau bagaimana interaksi antara harapan dengan kerja? Ia memulai pembicaraan dari situ. Ini satu kata-kata hikmah, singkat tetapi sarat isi. Oleh karena itu, kita harus mengkaji lebih jauh, apa itu "amal" dan apa itu "harapan".

Al-zalal itu pedomannya, tetapi saya belum mengkaji sampai ke sana, hanya memberi gambaran. Di sini, kita akan berbicara tentang moral dan akhlak sebagai pedoman hidup dalam kaitannya dengan al-Hikam. Dalam hal ini, ungkapan pertama dan isi dari al-Hikam, yaitu tasawuf.
Namun, di dalam rangka membicarakan moral dan akhlak sebagai pedoman hidup, maka yang terlebih dahulu dikaji adalah mengenai hikmah, mengenai tauhid, dan mengenai tasawuf. Jadi paket kita adalah "Hikmah, Tauhid, dan Tasawuf", sehingga kita harus mengerti kata-kata hikmah, tauhid, dan tasawuf.

Kata "hikmah" ditemukan sebanyak 20 kali di dalam Al-Qur'an. Salah satu ayat yang paling menonjol adalah Qs. al Baqarah, 2: 269, "Yu'ti al-hikmata man yasyaa' wa man yu'ta al-hikmata faqad uutiya khairan katsfiran" (Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak).
Jadi, memang kata-kata hikmah ini diungkapkan. Akan tetapi, ada lagi tambahan bahwa pengertian kata-kata hikmah adalah ahkama yuhkimu. Sebelum menjadi ahkama yuhkimu, maka mujarat tsulaatsinya berdasarkan pada sharaf (gramatika Bahasa Arab)nya adalah hakama yahkumu, kemudian menjadi ruba'i, yaitu ahkama yuhkimu, masdarnya adalah hikmah. Ahkama berarti memperkukuh, memperkuat, sedangkan hakama artinya menetapkan, menetapkan sesuatu, atau memutuskan.
Oleh sebab itu, ada istilah hakim. Hakim itu adalah bahasa Arab, kemudian menjadi bahasa Indonesia. Hakim artinya seseorang yang berwenang menetapkan sesuatu, memberikan vonis. Kemudian, proses lanjutan adanya hakim yaitu adanya hukum, adanya hukuman, adanya kepastian hukum, dan sebagainya.
Berbicara mengenai dunia hukum adalah berbicara mengenai dunia kepastian. Jadi, adanya kepastian itu memang diperlukan sebagai satu pedoman hidup. Orang yang hidupnya stabil adalah orang yang mempunyai kepastian. Orang yang tidak mempunyai kepastian akan terombang-ambing di dalam hidupnya, mudah dipermainkan oleh segala macam godaan.

Dengan demikian, orang yang mempunyai kepastian pandangan hidup adalah orang yang bersikap kukuh di dalam kepastian yang dia pegang. Itulah orang yang sukses hidupnya dalam pandangan tasawuf.
Tegasnya, orang yang memiliki keyakinan begitu kuat, sehingga tahan banting maka ia termasuk di dalam kategori yang namanya istiqaamah. Arti istiqaamah adalah kontinuitas, berkesinambungan beramal, atau konsisten betul.
Jadi, itulah yang menyangkut tambahan pengertian saya mengenai kata "hikmah". Dan, semuanya tergambar di dalam butir-butir kitab al-Hikam.
Himpunan hikmah-hikmah ini adalah salah satu buku standar di dalam ilmu tasawuf dan ini digunakan oleh dunia Islam di mana pun. Bahkan, banyak ilmuan yang hafal kitab al-Hikam ini.
Terakhir yang memberikan komentar yang up to date adalah Syekh Abdullah al-Syarkawi, salah seorang mufti di Mesir. Kira kira dua ratusan tahun yang lalu. Yang up to date syarahnya dan sekarang ditulis oleh Prof. Dr. Abdul Halim Mahmud, Syekh al-Azhar yang telah wafat. Dia adalah guru Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Dia adalah syekh al-Azhar.

Di al-Azhar itu ada dua jabatan, yaitu Syekh al-Azhar dan Rektor al-Azhar. Syekh al-Azhar lebih tinggi daripada Rektor al-Azhar. Rektor itu hanya mengurusi soal administrasi, sedangkan syekh adalah tokoh ilmuwannya. Syekh al-Azhar itu di dalam protokoler negara Mesir sama dengan perdana menteri. jadi, terhormat sekali.
Sebenarnya, kitab al-Hikam adalah satu buku standar di dalam ilmu tasawuf. Tasawuf itu diibaratkan satu gedung yang indah, di dalamnya merupakan satu salon kecantikan untuk merawat kalbu atau hati nurani.
Hasil rawatannya itu disebut akhlaaq kariimah (moral yang luhur). Akhlak bisa mulia atau indah dan bisa buruk atau jahat. Begitu juga dengan moral, ada moral luhur dan ada moral bejad.
Jadi, moral itu acuannya, ada yang baik tetapi ada juga yang buruk. Begitu juga akhlak, ada akhlak yang mulia atau akhlaaq kariimah dan ada akhlak yang buruk atau akhlaq radii'ah.

Kemudian, ada istilah lain yang dipakai yaitu akhlaaq mahmuudah (moral yang terpuji) dan lawannya yaitu akhlaaq mazmuumah (moral yang tercela).
Akhlaaq (akhlak), padanannya di dalam bahasa asing adalah moral dan di dalam bahasa Indonesia adalah perilaku atau kelakuan. Kalau bahasanya yang dianggap modern adalah moral. Bahasa agamanya adalah akhlaaq.
Dalam hal ini, baik moral, perilaku maupun yang namanya akhlak' merupakan wujud sesuatu kondisi mental, yang dalam bahasa Arabnya disebut "haiatun fii al-nafsi". Bahkan, ditambahkan oleh para pakar dengan "haiatun raasihatunfii al-nafsi", yakni satu kondisi yang mantap yang mempengaruhi perilaku (moral). Dengan ungkapan lain, suatu kondisi mental yang mantap yang mempengaruhi moral orang.
Jadi, kalau yang mantap itu keburukan maka mentalnya menjadi buruk. Kalau yang mantap itu kebaikan maka moralnya menjadi luhur atau baik. Begitulah kondisi mental yang namanya moral. Dan, itu pula sebenarnya yang menjadi objek garapan dari ilmu tasawuf.

Untuk memudahkan penggambaran di atas, saya ingin memakai istilah dokter. Di dalam dunia kedokteran, seorang dokter selalu ingin menciptakan suatu kondisi kesehatan di dalam diri manusia. Dokter-dokter itu membantu menciptakan kondisi sehat di dalam diri manusia.
Pada dasarnya, manusia itu sehat tetapi karena berbagai faktor, misalnya, bisa dari faktor makanan, lingkungan dan bisa dari faktor air, maka kemudian manusia menjadi tidak sehat.
Demikian pula halnya dengan kondisi mental manusia yang pada dasarnya adalah baik. Hal ini ditegaskan di dalam QS. al-Tin (95): 4, "La-qad khalaqnaa al-insaana fii ahsani taqwiim" (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya). Ayat ini menggambarkan kondisi mental manusia yang seimbang, sehat, dan baik. Tetapi, karena berbagai faktor, misalnya, ada faktor iblis, hawa nafsu, kawan, lingkungan, dan faktor pendidikan, maka semua itu bisa menimbulkan gangguan kepada mental yang pada dasarnya baik menjadi sakit.
Oleh sebab itu, Al-Quran banyak berbicara mengenai "fii quluubihim maradhun", yang berarti, di dalam hati nurani mereka (manusia) itu ada penyakit.

Jadi, tasawuf ini tugasnya adalah menggarap, yaitu yang pertama, melakukan diagnosis, dalam bahasa tasawufnya disebut "tahliil al-qalb" atau "tahliil al-nafs", yakni memeriksa dahulu kondisi mental, sejauhmana ia sehat, sejauhmana ia mendapat gangguan.
Kemudian, yang kedua, dari hasil diagnosisnya itu disodorkanlah terapinya, yang disebut "dawaa` al-qalb" atau "dawaa' amraadh al-qalb". Di dalam rangka diagnosis tadi adalah chek up keadaan kondisi batin.
Salah satu di antaranya itu untuk mengantarkan kepada terapinya. Karena itu, untuk menjadikan kondisi hati nurani menjadi sehat dan cemerlang, maka dikenal salah satu upaya yang namanya "riyaadah" (training).
Jadi, semua orang yang masuk di dalam ruang tasawuf harus bersedia diperiksa, diuji kesehatannya untuk mendapat terapinya. Jalan menuju terapi itulah yang disebut riyaadah, yaitu ditraining. Kalau misalnya di dalam penyakit fisik telah ditemukan penyakitnya, maka itu harus dioperasi.
Orang yang mau diopersi harus berpuasa. Begitu juga, orang yang masuk dalam perawatan tasawuf disuruh berpuasa; yaitu paling sedikit, tiga hari; yang biasa-biasa, tujuh hari; yang kondisi rawan, empat puluh hari; dan yang kondisi gawat, enam puluh hari.
Jadi, bertingkat-tingkat. Riyaadah yang paling ringan, selain puasa adalah zikir. Zikir yang kontinu namanya "wirid' (wirid); dan wirid itulah riyaadah yang paling ringan.

Dalam pada itu, semua metode dari berbagai pakar atau mursyid-mursyid adalah berbeda-beda, misalnya, yang Syadzily, yang Rifa'iy, dan lain lainnya. Namun, kalau kita adakan studi pola dasarnya maka semua sama.
Pola dasar mengenai zikir hanya memiliki tiga unsur dan semuanya sama. Singkatnya, pola dasar zikir dalam dunia tasawuf itu semua sama. Yang pertama, istighfar; yang kedua, shalawat Nabi; dan yang ketiga, tahliil.
Tahliil, artinya mengucapkan zikir, "Laa i1aaha illaa Allaah". Jadi, ada istilah-istilah; kalau zikir yang ucapannya, "Laa i1aaha illaa Allaah" namanya tahliil; kalau zikir yang ucapannya, Allaahu Akbar" namanya takbiir; kalau zikir yang ucapannya, "Alhamdulillaah" namanya tahmiid; dan kalau zikir yang ucapannya, "Subhaanallaah" namanya tasbiih.

Perlu saya kemukakan bahwa kalimat "Laa i1aaha illaa Allaah", selain sebagai ucapan zikir, ia juga disebut "kahmat al-tauhid". Tauhid adalah puncak proses perawatan kalbu.
Oleh sebab itu, di dalam hadis Nabi dikatakan, "A'laaha laa ilaaha illaa Allaah". Maksudnya, puncak proses memfungsikan iman dalam diri manusia adalah pada saat manusia betul-betul menghayati makna Laa ilaaha illaa Allaah.
Berbicara mengenai proses, apakah sekedar mengucapkan, "Astagfirullaah" itu sudah cukup. Adakalanya seorang mursyid setelah melakukan diagnosis, dia mewajibkan pasien (murid)nya untuk membaca istigfar 1.000 kali, atau mungkin 10.000 kali sehari, dalam hal ini, tergantung dari diagnosis mursyid nya.

Kemudian, ditraining untuk mendapatkan suatu kondisi mental yang akan membentuk moral yang terpuji. Jadi, proses awal dimulai dari istigfar itu.
Apa sesungguhnya hakikat istighfar itu yang menjadi proses awal dari upaya mempercantik, memperindah hati nurani manusia.
Hakikat istigfar di dalam istilah tasawuf disebut "taubat". "Tobat" dalam bahasa Indonesia. Istigfar adalah formulasi tobat, tetapi hakikat yang menjadi tujuan adalah tobatnya itu. Kalau begitu, apa artinya taubat? Tobat, awalnya adalah keberanian manusia melihat dan mengoreksi dirinya.
Sebab, banyak manusia yang tahunya hanya mengoreksi orang lain, menunjuk-nunjuk orang lain, - dan itu memang pekerjaan paling gampang - tetapi kurang berani atau bahkan tidak berani melihat dan mengoreksi dirinya.
Jadi tasawuf itu, kalau mau memperbaiki moral, maka terlebih dahulu harus melihat diri sendiri. Di situlah pangkalnya tobat. Setelah melihat dirinya pasti akan melihat kekurangannya, karena setiap orang telah diberikan standar kebaikan.

Sekedar sebagai contoh, misalnya disusun satu daftar kebaikan, lalu diuji diri kita berapa poin dari 70 macam kebaikan yang sudah kita miliki. Kalau masih di bawah setengah maka berarti kita masih termasuk orang buruk, tetapi kalau mencapai di atas setengah maka berarti kita baru menjadi orang baik.
Jadi ada daftarnya, yang di dalam istilah tasawuf dinamakan, "muraaqabah" dan "muhaasabah". Kedua-duanya satu paket, yaitu melihat dahulu baru memperhitungkan. Ini merupakan teknik tasawuf.
Tekniknya, mencoba melakukan diagnosis yang muraaqabah, artinya menyoroti dahulu, tanya dahulu, periksa dahulu; kemudian adakan perhitungan. Misalnya, sekarang ini jam 11.00 dan mulai bangun jam 05.00. Daftarnya, jam 05.00, apa yang dikerjakan dan seterusnya sampai jam 11.00. Lalu, diuji dengan poinnya 1, 2, 3, 4; mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau begitu bangun jam 05.00 langsung salat subuh maka itu baik, tetapi kalau begitu bangun langsung ngobrol dan tidak salat subuh maka itu tidak baik, demikian seterusnya.

Inilah yang namanya muhaasabah, artinya mencoba mengadakan perhitungan dengan diri sendiri. Proses tobat dari situ. Setelah evaluasi baru mengembalikan kepada dirinya, kemudian kembali kepada Allah. Jadi, jangan kembali dalam keadaan kotor, tetapi kembali dalam keadaan sadar, walaupun belum begitu baik, yang penting sadar. Itu namanya al-nadam, penyesalan atau menyesali diri.

Di dalam. dunia hukum juga sama, ada yang disebut penyesalan. Seorang penjahat yang melakukan kejahatan lalu menyesali kejahatannya, maka akan memperingan hukumannya. Tetapi, kalau seorang penjahat tidak menyesali kejahatannya, maka akan memperberat hukumannya.
Begitu pula halnya di hadapan Allah. Kalau kita menyesali kesalahan-kesalahan maka akan memperingan dosa kita.
Sesudah menyesal, lalu secara spontan mengatakan, "Astagfirullaah wa atuubu ilaika". Itu berarti ungkapan dari kesadaran batin, bukan sekedar ucapan belaka. Sesudah itu, masih ada follow up-nya, tidak terhenti hanya di situ, tetapi ada yang namanya tobat.
Sesudah sadar, harus bertekad di dalam diri untuk tidak akan mengulangi kesalahan yang telah diperbuat. Prosesnya seperti itu, dan itulah yang disebut dengan "taubat nasuuha"
Tobat dalam tasawuf termasuk maqaam. Jadi, ada dua istilah dalam dunia tasawuf, yaitu haal (jamaknya, ahwaal) dan maqaam (jamaknya, maqaamaat). Ada kondisi ada posisi.
Haal itu kondisi dan maqaam itu posisi. Ini semua termasuk diagnosis tasawuf, yang mencoba menganalisis dunia batin manusia. Hal ini menunjukkan bahwa tasawuf itu sangat modern. Manajemennya modern sekali kalau manusia mampu mengungkapkan.

Dengan begitu, harus ada kondisi lebih dahulu baru ada posisi. Posisi awal kalau kita mau masuk ke dalam dunia tasawuf adalah tobat. Awwal maqaamaat, posisi yang paling awal adalah tobat karena dengan tobat itu berarti manusia sudah membersihkan diri. Sama halnya kalau wajah ingin dirias maka harus dibersihkan lebih dahulu. Dibersihkan lebih dahulu baru di make up. Tobat seperti itu posisinya.
Jadi tobat itu adalah salah satu amal, kerja, atau upaya. Kerja manusia ini menimbulkan al-rajaa'. Adanya kerja maka menimbulkan harapan. Dengan begitu, harapan manusia itu tidak khayal. Ada orang yang menganggap bahwa tidak ada kerja itu maka menghayal namanya atau mimpi di siang bolong.
Oleh karena itu, kalau kita ingin mempunyai harapan kepada Allah maka kita harus mempunyai kerja. Jadi, di sinilah hubungan antara kerja dengan harapan, interaksi antara kerja dengan harapan. Manusia itu kan mengharap yang baik-baik semua. Kalau kita beriman kepada hari akhirat maka harapan kita akah masuk surga. Tegasnya, kalau kita mempunyai harapan maka kita harus kerja.

Kembali ke masalah tasawuf visi Ataillah, maka di sinilah peranannya kata-kata hikmah dari Syekh Ataillah. Ia mengatakan, "al-rajaa' 'inda eujuud al-dalal". Jadi, kita jangan putus harapan, harus selalu ada harapan bagaimana pun besarnya godaan atau bagaimana pun jeleknya kondisi yang ada di sekitar kita; jangan putus harapan.
Di dalam kamus seorang sufi, tidak ada kata-kata putus harapan, tetapi selalu ada raja' (harapan). Allah SWT. menjamin dan Rasulullah SAW. pun menjamin.
Allah menegaskan di dalam. QS. AI Zumar, 39: 53, "Laa taknathuu min rahmati Allaah" (Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah). Demikian pula, Nabi mengatakan, "Yuqbalu taubatu al-'abdi maa lani yugargir".
Jadi, pintu kembali kepada Allah itu tidak pernah tertutup sampai ajal di leher. Selama manusia masih hidup, walaupun dalam kondisi yang begitu jelek kesehatannya, tidak bisa berbuat apa-apa lagi, pintu harapan tidak pernah tertutup.

Jangan mimpi bahwa ada dunia tanpa kejahatan. Tidak akan pernah ada dunia tanpa kejahatan. Jangan kita gambarkan ada dunia tanpa kejahatan. Kalau mau dunia tanpa kejahatan, silakan cepat ke surga. Di situ tidak ada kejahatan.
Yang penting, bagaimana kita berjuang melawan kejahatan itu. Maka, itulah sebabnya, ada istilah "orang baik" dan ada "orang jahat". Semoga kita termasuk golongan orang baik, insya Allah.

Mengenal Ilmu Kadigjayaan Silat Jawa

bukan hanya dongeng atau isapan jempol belaka, bila Ilmu Silat tanah Jawa memang banyak di bumbui dengan Aji Jaya Kawijayaan atau Ilmu Kadigjayaan. Apa saja Ilmu Jaya Kawijayan tersebut? kami akan coba ungkap dibawah ini, setidaknya sekedar untuk menambah pengetahuan dan wawasan atas budaya nenek moyang … :)

AJI RAJAH KALACAKRA – Rajah Kalachakra merupakan senjata ghoib yang bisa untuk membinasakan musuh yang sakti. Rajah inipun juga bisa untuk pagaran tubuh, pagaran rumah dan lain-lainnya. Biasanya rajah ini berupa sinar berputar dan terletak didada pemiliknya. Bagi yang sudah bisa melihat alam ghoib, akan bisa melihat ujud rajah ini.

AJI BRAJAMUSTI – Dizaman dulu aji Brajamusti adalah aji kebanggan para pendekar. Kerana aji Brajamusti ini merupakan perisai badan yang ampuh sekali. Orang yang mempunyai aji brajamusti mempunyai kekuatan badan dan kekuatan ghaib yang tidak ada tandinggannya. Maka orang yang memiliki tidak bisa menggunakan aji brajamusti kalau tidak dalam keadaan terpaksa. Sebab kalau digunakan sembarangan bisa membahayakan lawan. Kegunaan aji brajamusti selain untuk mengisi kekuatan badan dan tangan, aji barajamusti juga sebagai aji kekebalan terhadap berbagai macam senjata tajam. Senjata yang ampuh bagaimanapun kalau terkena aji brajamusti pasti akan tawar, tak bertuah.

AJI BANDUNG BONDOWOSO – Seperti halnya aji Brajamusti, aji Bandung Bondowoso juga mempunyai khasiat yang luar biasa hebatnya. bagi orang yang mengamalkan aji Bandung Bodowoso akan mempunyai kekuatan badan yang mentakjubkan. Barang yang mustahil bisa diangkat dengan kekuatan manusia, maka dengan aji Bandung Bodowoso barang itu dapat diangkat dengan mudah. Bahkan lebih dari itu dengan aji ini orang bisa menagkis tanpa cidera semua senjata tajam. Senjata tajam akan terpental dengan sendirinya bila mengenai badannya.

AJI INTI LEBUR SAKHETI – Inti lebur saketi merupakan ajian pamungkas handalan beberapa perguruan. Ajian ini bila diamalkan terus menerus dayanya sangat hebat, bisa digunakan untuk membakar hangus golongan jin yang sakti. Tetapi bisa juga untuk pengobatan, khususnya orang yang kena santet, teluh, tenung, sihir dan lainlainnya lagi. Aji ini kerana dayanya yang dahsyat tidak bisa digunakan sembarangan.

AJI KOMARA GENI – Aji Komara Geni sejenis Gembala Geni yang juga merupakan aji pamungkas. Komara Geni bisa juga digunakan untuk membakar bangsa jin. kegunaan aji Komara Geni selain untuk pukulan kontak membakar jin, juga untuk pagaran badan, pagaran rumah dan pengobatan berbagai penyakit. Yang penting adalah niat si empunya aji ini.

AJI BADA’ TUBI – Sebenarnya aji Bada’ Tubi ini merupakan aji kekebalan yang tak kalah dengan aji Tameng Waja atau Blabak Pengantolan. Bahkan aji ini mempunyai kelebihan untuk bertempur. Ilmu kontak Bada’ Tubi bisa membikin lawan kaku seperi patung (terkunci).

AJI JALA SUTRA – Aji Jala Sutra bila diamalkan dengan baik dapat untuk melumpuhkan lawan dan kesaktiannya. Biasanya musuh yang kena aji Jala Sutra akan menjadi lemah tak berdaya, semua kesaktian seolaholah punah.

AJI KANCING KONCI – Amalan Kancing Konci ini khusus digunakan untuk mengunci lawan. lawan yang terkunci gerakannya akan terhenti seketika dan seolah-olah tubuhnya kaku, sukar digerakkan. amalan Kancing Kunci ini sangat penting dimilki oleh orang-orang perguruan tenaga dalam, kerana bisa menunjang keampuhan jurus-jurus kuncian.

AJI GELAP SAYUTA – Orang dulu sering membangga-banggakan aji Gelap Sayuta, kerana orang yang mengamalkan ajian ini suaranya bisa menggetarkan orang yang mendengarkan. Untuk pukulan tenaga dalam yang dilamuri ajian ini bisa mematikan lawan.

AJI QULHU GENI – Qulhu Geni merupakan ajian khusus untuk mengalahkan bangsa jin setan, Menurut orang dulu bila dibaca 1 kali, maka syetan putus tangan kirinya, bila dibaca 2 kali putus tangan kanannya, bila dibaca 3 kali putus kedua kakinya dan bila dibaca 4 kali akan lebur seluruh badannya.

AJI QULHU DERGA BALIK – Kekuatan Qulhu Derga Balik hampir serupa dengan Qulhu Geni dan Komara Geni. amalan ini bisa digunakan untuk kontak, pagaran tubuh dan mengobati orang kena tenung, santet,. Bla diserang akan kembali pada sipenyerang. Sudah barang tentu agar amalan ini bisa lebih mujarab harus sering di wirid.

AJI MACAN PUTIH – Aji Macan Putih merupakan aji kewibawaan yang sangat tinggi. Bila aji ini diwatek (di rapal), suaranya bisa membuat lawan gemetar dan nyali lawan menjadi kecil.

AJI LEMBU SEKILAN – Aji Lembu Sekilan ini sangat terkenal sejak dahulu, hingga sekarang. Aji ini memang sangat baik untuk keselamatan dalam pertempuran. Bila diamalkan dengan baik semua serangan lawan baik menggunakan tangan kosong maupun senjata tajam bahkan senjata api tak akan mengenianya.

AJI TAMENG WAJA – Aji Tameng Waja adalah aji khusus kekebalan. daya keampuhannya memang hampir dengan aji Lembu Sekilan. barang siapa mengamalkan aji tameng waja ini dengan baik Insya Allah dalam suatu pertempuran tidak akan cedera oleh senjata lawan.

AJI TEGUH ALOT PAYUNG ALLOH – Aji Teguh Alot Payung Allah ini adalah merupakan aji keselamatan dan kekebalan yang sangat ampuh. Dulu aji ini sangat dirahasiakan, setelah ditimbang-timbang demi perkembangan ilmu didunia ini maka bisa disebar luaskan.

AJI PANCASONA – Aji Pancasona sangat terkenal sejak zaman dahulu. Dalam pewayangan aji ini dimiliki oleh Prabu Dasamuka. Siapa memiliki Aji Pancasona sukar untuk matinya. Kerana bila tertembak misalnya dan kena hingga mati, maka setelah jatuh ke tanah ia akan hidup lagi dan bekas lukalukanya akan lenyap. Aji Pancasona memang hampir sama dengan aji Rawarontek. Orang yang memiliki aji ini matinya hanya bisa bila kepala dan tubuhnya dipisahkan dan ditaruh di tempat yang sangat jauh, bila mungkin dipendam di dalam sumur yang dalam.

AJI BENGKELENG – Aji Bengkeleng di zaman dahulu sangat dirahasiakan. Kerana itu sangat jarang yang memilikinya. Keunggulan aji Bengkeleng sebagai ilmu kebal adalah kalau orang yang mengamalkan aji tersebut sempurna, bila kena senjata tajam dan peluru rasanya seperti kena titisan air.

AJI PAYUNG ALLOH – Amalan Payung Allah adalah amalan untuk keselamatan atau pageran badan. Amalan ini nampaknya memang sederhana, tetapi khasiatnya sangat luar biasa. Amalan ini sangat penting untuk mereka yang sering bergelut dengan dunia kekerasan.

AJI WA LAQAD – Amalan Wa Laqad yang diambil dari surat saba’ ayat 10 mmpunyai khasiat yang mengagumkan yaitu Untuk ajian dan Untuk kesaktian yang dapat membengkokkan besi atau mematahkan baja.

AJI SAIFI ANGIN – atau Sapu Angin adalah suatu kedikdayaan yang dapat mempercepat seseorang dalam perjalanan. Dengan aji Sapu Angin ini orang dapat menempuh jarak jauh dalam waktu yang singkat, ibaratnya lebih cepat darai pesawat terbang. Aji ini pula yang menjadikan orang seperti kijang atau burung srikatan dalam kecepatan bergerak. Orang yang mempunyai aji sapu angin dan mengamalkan dengan baik dapat meringankan tubuh sringan-ringannya, sehingga dapat lari cepat sekali. Dahulu para wali songo selalu menggunakan aji sapu angin ini, khusunya bila diundang untuk rapat di masjid demak.

AJI SUKET KALANJANA – Aji Suket Kalanjana merupakan aji untuk melihat alam ghaib, aji ini sangat kuno dan langka. Jarang orang yang memilikinya. aji Suket Kalanjana ini bila diamalkan dengan baik akan bisa tahu alam ghaib, seperti tahu ujudnya bangsa jin, setan dan sebagainya hanya saja syarat laku ilmu ini sangat sukar, kecuali bagi orang-orang yang berbakat.

AJI PANGLIMUNAN – Sangat jarang orang sakti yang memiliki aji Panglimunan. aji Panglimunan adalah aji untuk menghilang atau untuk menutup suatu benda agar tidak nampak. aji ini memang cukup berbahaya bila disalah gunakan.

AJI SENGGORO MACAN – Aji Senggoro Macan adalah suatu ilmu kedikdayaan yang diambil dari nenek moyang dari daya kewibawaan binatang macan. apabila seekor macan telah mengeluarkan aumnya maka calon mangsanya tidak akan berkutik. Untuk dapat menguasai ilmu tidak mudah, siapa saja yang mempunyai ilmu ini akan disegani oleh segenap manusia.

ILMU KARANG – Orang yang memiliki ilmu ini akan ditakuti lawan, sebab bila sampai terkena tanggannya menyebabkan kematian. apa yang tersentuh oleh tangan orang yang menguasai Ilmu Karang akan lebur. Di Kalimantan ilmu ini disebut dengan Pelebur. Persyaratan agar kita bisa memiliki ilmu yang langka ini tidaklah mudah, sebab ilmu ini yang ditakuti oleh semua mahluk. Untuk mendapatkan dan memiliki ilmu ini kita harus mampu menaklukkan berbagai cobaan dari diri kita dan dari bangsa jin.

AJI MEGANANDA – Aji ini adalah suatu ilmu yang dapat menidurkan orang /lawan. keampuhan ilmu sulit dicari tandingannya dari zaman nenek moyang hingga kini.

AJI KRESNA – Aji Kresna ini untuk menjadikan tubuh seperti raksasa bila dilihat musuh . Bila tidak dalam keadaan terancam keselamatan dirinya, tidak bisa aji yang satu ini dikeluarkan. Sebab musuh akan menjadi gila kerana takut dengan penglihatannya. Dalam pewayangan, yang memiliki aji ini hanyalah Prabu Dewa Kresna.

AJI PENATASAN – Orang yang menyimpan ilmu penatasan ini akan dapat melumpuhkan lawan tanpa perlawanan. Sebab penatasan sejenis ilmu yang dapat melumpuhkan lawan dan mematikan semua ilmu yamng dimilkilawan. orang yang memilki ilmu ini hanya menggunakan lewat tangan atau mata. Tentunya dengan menggunakan jurus-jurus dan ilmu-ilmu tersebut dialirkan pada tangan, atau kaki, mata. Akan tetapi dalam penggunaan ilmu ini tidak bisa sembarangan. Kalau kita dalam keadaan terdesak barulah ilmu bisa anda keluarkan, sebab jika tidak dalam keadaan yang membahayakan keselamatan, dan ilmu digunakan dulu, maka musuh akan lumpuh total. Persyaratan untuk mendapatkan ilmu ini juga tidak mudah dilaksanakan.

AJI TUGUMANIK JAYAKUSUMA – Kehebatan dan kegunaan ilmu ini hampir menyerupai ilmu Pancasona, namun ilmu juga berbeda dengan dengan ilmu Pancasona, jika ilmu Pancasona bisa hidup kembali bila potongan tubuhnya tidak dikubur melalui sungai. akan tetapi ilmu Tugumanik Jayakusuma tidak akan mati kalau belum waktunya.(kalau belum tuhan yang mematikan).

AJI PANGUNCEN – Aji Panguncen ini salah satu ilmu yang digunakan para siswa perguruan tenaga dalam. Sebab dengan ilmu ini musuh bila terkena akan terhenti gerakannya. Dalam pengerakan ilmu ini kita harus mempunyai tenaga dalam yang sudah sempurna.

AJI CIUNG WANARA – Dengan aji Ciung Wanara ini anda mampu mengalahkan musuh yang sangat tinggi ilmunya. Bukan itu saja anda akan ditakuti segenap binatang, baik binatang yang hidup didarat maupun yang hidup diair. Aji Ciung Wanara juga dapat menundukkan bangsa jin dan bangsa makhluk ghaib lainnya. Serta dapat menundukkan ilmu sesat seperti tenung, teluh dan santet.

AJI GEMBALA GENI – Siapa yang memiliki aji Gembala Geni bila digunakan maka bangsa jin akan terbakar. Disamping itu bisa digunakan untuk membakar orang yang mempunyai sifat angkara murka. Persyaratan untuk dapat memiliki ilmu Gembala Geni tidaklah ringan. Berbagai cobaan yang menggoda dada kita harus mampu kita tundukkan. Bila kita masih bernafsu untuk menyombongkan suatu ilmu seperti gembala Geni mengakibatkan diri kita terasa terbakar.

AJI KIDANG KUNING – Orang yang memiliki ilmu satu ini dalam berjalan atau dalam bepergian jauh dengan kecepatan yang luar biasa dan susah diikuti dengan pandangan mata. Dalam dunia pesilatan ilmu ini disebut ilmu meringankan tubuh. Dengan secepat kilat kita akan sampai pada tempat yang dituju.

AJI TINGGENGAN – Aji Tinggengan ini kegunaannya sama dengan aji Panguncen. Bila orang yang memiliki aji Tinggengan ini dalam menghadapi lawannya dialirkan lewat tangannya hingga lawan yang terkena sentuhan tangannya tidak akan bergerak.

AJI WISA KIBLAT PAPAT -racun yang dikeluarkan binatang seperti ular, sangat membahayakan bagi keselamatan orang yang digigitnya. Tapi bila orang orang yang digigit ular dan binatang beracun lainnya mempunyai penangkalnya tidaklah hal yang aneh. Anda bisa menangkal racun tersebut dengan menggunakan aji Kiblat Papat.

AJI WISA BATHARI DURGA – adalah aji untuk menangkal racun ular belang. Yang mana racun tersebut sangat ganas. Bila ada orang yang digigit ular tersebut tidak segera diobati akan membawa pada kematian. Namun selama ini belum ada obat yang dapat menangkal racun ular tersebut. Sebab racun tersebut menjalar dengan cepat dalam aliran darah dan langsung menyerang jantung. Dalam beberapa menit orang tersebut akan mati . Bila anda menguasai aji ini dengan mudah menyembuhkannya.

AJI WISA SANG KALITAR PUTIH – Orang yang memiliki aji Wisa Kalitar Putih akan mampu menundukkan bisa racun ular sendok/cobra. Racun ular cobra hampir sama dengan ular belang. Kekuatan racun ular cobra agak lambat menjalar ke jantung.

AJI WISA WARIS KANJENG SINUHUN YOGYAKARTA – Warisan ilmu sebenarnya jarang diturunkan pada anaknya. Namun berhubung banyak masyarakat waktu zaman kerajaan yang takut dengan racun ular ataupun racun kalajengking, maka ilmu diajarkan pada masyarakat.

AJI PAMBUNGKEM SAWER (ULAR) – Aji ini untuk melumpuhkan ular dengan cara membungkam mulutnya agar tidak mengigit kita.

AJI BISA KALAJENGKING – Binatang kalajengking juga mempunyai bisa yang kuat, apalagi kalajengking yang berwarna biru. Untuk menangkal racun tersebut gunakan mantra aji wisa kalajengking.

AJI SEMAR NANGIS – adalah ilmu pelet tingkat tinggi. Dalam pelaksanaan puasa untuk dapat memilki ilmu ini, harus berpuasa selama 4 hari 4 malam, kemudian dilanjutkan dengan pati geni semalam.

AJI SELASIH IRENG – Ilmu pelet yang sangat tepat bila digunakan pada anak perempuan yang sombong / orang tuanya tidak menyukai anda.

AJI SEMAR KUNING – Pengasihan Semar Kuning digunakan untuk perempuan yang memutuskan hubungan cinta. Bila aji ini anda rapal maka perempuan yang anda tuju akan menangis untuk meminta kembali bersatu. Jika anda tidak melayani permintaan untuk kembali lagi dengannya bisa mengakibatkan gila.

AJI SILU JANGGAH – Kegunaan ilmu ini untuk guna-guna pada seorang gadis yang menjadi rebutan. Apabila gadis tersebut sudah takluk apada anda, jangan dipermainkan cintanya.

AJI WIJAYAKUSUMA – Aji ini sebenarnya milik raja-raja dizaman dahulu. Sehingga banyak rakyat dijadikan selir. Anda bisa memiliki ilmu ini namun anda harus mampu membahagiakan para isteri anda.

AJI DEWA MANIK – Aji Dewa Manik ini bila dirapal pada suatu perkumpulan, anda akan disenangi orang yang berada di perkumpulan tersebut. Dan apabila dirapal seseorang pada orang yang dikehendaki, maka anda akan dikasihi oleh orang tersebut.

AJI JARAN GOYANG – Ilmu pelet yang sudah sangat terkenal. Persyaratan untuk memiliki ilmu ini tidaklah mudah. Sebab ilmu Jarang Goyang sangat ampuh untuk mengguna-guna seorang gadis atau sebaliknya.

AJI MENJANGAN PUTIH – Kegunaan dari ilmu ini sama dengan pengasihan lainnya.

Ajian-ajian diatas adalah beberapa contoh saja dari begitu banyak ajian yang diciptakan oleh nenek moyang kita. Dalam perkembangannya, ada ajian yang memang sudah punah karena tidak diturunkan ke generasi selanjutnya dan masih banyak juga yang masih exist bahkan telah dimodifikasi sedemikian rupa agar makin ampuh.

PEMILIK AJI PANCASONA.MAYATNYA DI GANTUNG

Kabar hilangnya Mbah Parijan menggegerkan kampung kecil itu.Laki-laki yang sudah tua dan sakitsakitan itu terakhir kali diketahui oleh keluarganya masih berada di kamarnya pada pagi tadi.

Saat semua orang sibuk bekerja di sawah, Mbah Parijan sendirian di rumah.Ketika Mbah Semi, istrinya, pulang dari sawah dan tidak mendapati suaminya berada di kamar,spontan perempuan itu jadi panik. Seluruh anggota keluarga dan para tetangga dikerahkan untuk mencarinya. Hingga sore Mbah Parijan belum ditemukan.Tempat-tempat yang biasa didatangi oleh orang tua itu nihil, begitu juga di rumah famili atau kerabat.

Tapi orangorang tak yakin Mbah Parijan pergi jauh dari rumah. Sebab, dengan kondisi badan yang masih sakit dan lemah mustahil laki-laki tua itu bepergian jauh. Kecuali kalau ada yang mengajaknya pergi dengan naik kendaraan. Namun, para tetangga kiri kanan tidak ada yang melihat Mbah Parijan pergi dengan seseorang. “Jika tidak seorang pun yang tahu dia pergi ke mana, lalu menghilang ke mana Mbah Parijan…?” celetuk seseorang dengan nada bingung dan heran.

Tak ada yang menjawab celetukan orang itu.Semua orang pun bingung dan tak tahu, ke mana mencari Mbah Parijan.Mereka sudah berkeliling desa, tapi hasilnya nihil. Mereka kemudian kembali lagi ke rumah Mbah Parijan untuk memberikan laporan. Namun sayang, tak satu pun yang memberikan jawaban memuaskan. Mbah Semi tak kuasa menahan tangis kesedihan. “Oalah, Pakne.

Kelayapan ke mana saja sih kamu.Sudah tua dan sakit-sakitan kok ya pergi dari rumah…,” Mbah Semi tergugu di atas bale-bale. “Jangan-jangan Mbah Parijan digondol wewe?” ujar seseorang dengan seenaknya. “Huss, masak siang-siang ada wewe!”sergah yang lain. “Iya,nih.Kamu itu kalau omong jangan ngawur. Yang namanya wewe itu biasa nggondol anak kecil, bukan orang dewasa kayak Mbah Parijan. Lagi pula sangat tidak masuk akal ada orang setua Mbah Parijan dibawa lelembut!” ujar Pak RT.

“Habis, ke mana Mbah Parijan pergi? Masak kita semua tidak ada yang tahu di mana keberadaan Mbah Parijan?” Semua orang terdiam.Tak ada yang mampu memberikan jawaban. Kepergian Mbah Parijan yang amat misterius ini memang menimbulkan banyak tanda tanya. Menumbuhkan berbagai spekulasi dan dugaan yang beraneka ragam. Namun, tak satu pun menuju kepada suatu kesimpulan.Semua orang hanya sibuk merekareka.

Kepergian Mbah Parijan tanpa pesan dan jejak menjadi sebuah misteri tersendiri. Tiba-tiba Pardi, anak tertua Mbah Parijan, menyeret tangan Pak RT ke sudut rumah. Dengan suara berbisik-bisik seolah takut kedengaran oleh yang lain, lakilaki empat puluhan tahun itu bicara pada Pak RT. “Begini, Pak RT. Saya curiga, jangan-jangan bapak saya mau mencari jalan pintas!” “Mencari jalan pintas bagaimana maksudmu?” tanya Pak RT tak mengerti. “Ya,mencari jalan pintas untuk mengakhiri penderitaannya.

Seperti Pak RT tahu, bapak saya sudah lama menderita komplikasi penyakit bertahun-tahun. Dia mungkin merasa putus asa dan memilih untuk mengakhiri hidupnya…” “Bunuh diri, maksudmu?” potong Pak RT. “Ya!” “Kamu yakin, bapakmu punya niat bunuh diri?” “Yakin, Pak! Sudah beberapa hari ini dia suka meratap dan mengeluh.Tiap malam kalau pas sakitnya kumat dia suka menyebut- nyebut pengen mati. Dia merasa tak kuat lagi menanggung sakit.”

“Orang kalau lagi sakit berat terkadang tidak sadar dengan apa yang diucapkannya. Secara spontan orang sekarat bisa saja mengucap pengen mati dari pada harus disiksa dengan rasa sakit yang luar biasa. Namun, jika rasa sakit itu hilang, mereka jadi lupa dengan keinginannya itu. Menghadapi mati itu tidak mudah dan tidak segampang yang dibayangkan. Bahkan banyak orang takut mati bila mati itu benar-benar datang!” “Tapi bapakku kayaknya tidak takut lagi,Pak.

Dia bahkan pernah mencoba menantang maut dengan meminum obat melebihi takaran…” “Ah,masak?” “Benar,Pak! Simbok saya yang ngasih tahu.Waktu mau memberi obat bapak, tahu-tahu obatnya sudah habis. Ketika dicari di bawah kolong meja tidak ada. Ternyata diminum semua sama bapak saya. Alasannya, biar cepat sembuh. Padahal dengan minum obat melebihi dosis sama saja bunuh diri!” Pak RT manggut-manggut.Kecurigaan Pardi bahwa bapaknya berniat bunuh diri tampaknya menjadi satu-satunya kemungkinan yang masuk akal.

Tapi yang jadi pertanyaan, kalau benar Mbah Parijan punya niat bunuh diri dan seandainya hal itu terlaksana, di mana dia melakukannya? Jika melakukan di rumah mungkin takut ketahuan.Jadi,kemungkinan dia melakukannya di tempat sepi atau jauh dari rumah. Tapi kira-kira di mana tempat itu? batin Pak RT. Bagi sebagian orang,selalu ada keinginan dan cara tersendiri dalam menghadapi kematian.Mbah Parijan mungkin ingin menghadapi kematiannya dengan khusyuk, tenang,dan tanpa gangguan dari siapa pun.

Jika dia melakukan di rumah dan tiba-tiba ada yang memergoki, lalu memberikan pertolongan padanya sehingga prosesi kematian itu pun batal, tentu sangat mengecewakan sekali. Bahkan bisa menyisakan kepedihan dan luka yang memerihkan. Lihatlah keadaan orang yang hendak bunuh diri tapi tak jadi mati? Sangat mengenaskan sekali! Memikirkan kemungkinan bahwa Mbah Parijan berniat bunuh diri, maka Pak RT kemudian mengerahkan orang-orang untuk menelusuri tempat-tempat sepi yang dikategorikan favorit bagi orang yang mau bunuh diri.

Seperti di hutan, kuburan, bukit, sungai, sendang, atau tempat-tempat keramat. Tetabuhan dari bendabenda semacam perkusi dibunyikan dengan maksud memanggil arwah Mbah Parijan. Ritual ini berlangsung sejak sore hingga malam. Obor-obor dinyalakan. Sepanjang hari penduduk kampung sibuk mencari Mbah Parijan. “Mbah Parijan! Mbah Parijaaaannnn…!” teriak orang-orang memanggil. Namun,usaha orang-orang satu kampung itu tak juga membawa hasil.

Seluruh sudut-sudut yang tersembunyi di desa itu sudah didatangi, namun sosok Mbah Parijan –sekalipun jasadnya kalau memang sudah meninggal— tak ditemukan. Keluarga Mbah Parijan hanya bisa pasrah. Mereka akhirnya melaporkan kejadian ini pada polisi. Tapi polisi yang dilapori masih memberi tenggat 2x24 jam untuk menunggu. Jika dalam dua kali dua puluh empat jam Mbah Parijan tidak pulang, polisi baru bergerak.

Pagi itu kabut tipis menyelimuti halaman rumah, pohonpohon masih kuyup oleh embun, orang-orang masih berkerudung sarung,mendadak dari pintu regol muncul sosok bayangan berjalan tertatih memasuki halaman.Mulamula Toni, cucu Mbah Semi yang masih berusia empat tahun, melihat kehadiran sosok renta itu. Dengan riang bocah itu berseru, “Itu kakek!” Ibunya yang sedang menyapu halaman tercekat mendengar ucapan sang anak.

Dia berhenti menyapu dan menoleh. Benar saja. Dia melihat sosok mertuanya berjalan menuju ke rumah. Dia lalu berseru memberi tahu semua orang. “Bapak pulang! Bapak pulaaanggg….!” Pagi hening seketika pecah oleh kehebohan. Seluruh keluarga berkumpul, para tetangga berhamburan, ingin melihat keadaan Mbah Parijan.Mbah Parijan yang jadi pusat perhatian terlihat bengong dan bingung. Seperti orang linglung.Ketika ditanya dari mana saja, orang tua itu membisu.

Tak sepatah kata terucap dari bibirnya. Dia duduk di bale bambu dengan pandangan menerawang. Keluarganya jadi iba.Mereka lalu meminta para tetangga keluar dari ruangan. Kepulangan Mbah Parijan memang melegakan hati keluarganya. Mereka senang orang tua itu telah kembali.Namun, kepulangannya itu menimbulkan keprihatinan. Laki-laki tua itu telah berubah.Dia tidak mampu lagi bicara alias gagu. Tingkah lakunya pun aneh,seperti orang linglung.

Dia seakan tidak mengenali lagi anggota keluarganya. Tapi kondisi ini coba diterima mereka. Mungkin Mbah Parijan sudah jatuh pikun! Sementara di luar berkembang cerita mengenai hilangnya Mbah Parijan selama beberapa hari. Seperti obrolan segerombol laki-laki di warung itu. “Aku yakin Mbah Parijan pergi ke alam bunian.Dia diajak siluman penghuni alam gaib. Mungkin dia telah kawin sama siluman.” “Ah, mana mungkin.

Mbah Parijan kansudah tua?” “Alam gaib tak mengenal tua muda, karena di sana waktu tidak berjalan seperti di alam nyata.Hanya orang-orang berilmu sakti bisa mendatangi tempat tak kasatmata itu!” “Mbah Parijan punya ilmu kesaktian?” “Iyalah, namanya juga orang jadul alias jaman dulu.Coba kalian tebak, berapa umur Mbah Parijan?” “Tujuhpuluh tahun!” “Salah! Umurnya sudah di atas seratus tahun!” Semua terkejut dan takjub mendengar keterangan orang itu.

Yang lain kemudian menambahi. “Mbah Parijan mungkin punya ilmu rawa rontek. Itu lo ilmu kesaktian yang bikin orang jadi sulit mati. Seperti kalian tahu, Mbah Parijan menderita komplikasi penyakit berat, tapi anehnya tak juga mati. Padahal kalau orang biasa mungkin sudah mati dari kemarin!” Apa yang dikatakan orangorang itu sesungguhnya hanya berdasar prasangka atau dugaan semata. Karena kenyataannya belum ada seorang pun membuktikan kebenarannya.

Mereka hanya menafsirkan keganjilan dan keanehan yang melingkupi kehidupan Mbah Parijan.Walau demikian, cerita itu sudah kadung merasuk ke dalam jiwa orangorang. Mereka pun meyakini hal ini.Mereka percaya Mbah Parijan punya ilmu rawa rontek dan percaya orang tua itu telah kawin dengan manusia siluman penghuni alam bunian! “Dan tahukah kalian, orang yang punya ilmu rawa rontek baru bisa mati kalau ilmunya sudah diturunkan atau ditransfer kepada orang lain!” kata orang itu membuat orang-orang makin yakin dan takjub.

Sejak tersebar kasak-kusuk bahwa Mbah Parijan memiliki ilmu rawa rontek dan dapat menembus alam gaib, banyak orang berdatangan ke rumah orang tua itu. Mereka bukan hanya datang dari daerah setempat, tapi juga dari luar daerah. Mereka juga berasal dari berbagai kalangan. Ada pejabat, pengusaha,PNS,guru,polisi, tentara, buruh, bahkan pengangguran. Mereka berkeinginan bisa mewarisi ilmu rawa rontek milik Mbah Parijan. Mereka rela mengantre menghadap orang tua itu di biliknya.

Keluarga Mbah Parijan pun tak kuasa menghalangi kedatangan mereka. Karena mereka yang datang tak segan memberikan uang dalam jumlah tak sedikit. Mereka pun tak kecewa meski Mbah Parijan tak juga mau bicara, mereka akan datang lagi di waktu lain. Konon,tanda bahwa Mbah Parijan sudah mewariskan ilmunya bila orang tua itu mau bicara pada orang yang dianggap tepat sebagai pewaris. Dan kenyataan, meski sudah puluhan orang sowan kepadanya tak satu pun berhasil mendengar sepatah kata dari orang tua itu.

Keluarga Mbah Parijan sebenarnya tak yakin orang tua itu punya ilmu rawa rontek.Sebab,mereka tak pernah mendengar langsung dari mulut Mbah Parijan. Anak-anaknya pun tak pernah melihat ayah mereka mempraktekkan ilmunya.Yang mereka tahu, ayah mereka petani ulet. Beliau juga tak pernah sakit selama mudanya. Baru pada usia tua ini jatuh sakit. Dan anehnya, begitu jatuh sakit segala jenis penyakit bersarang di tubuhnya. Mungkin itu sebagai pertanda bahwa dia harus segera mewariskan ilmunya agar jalan menuju kematian lebih mudah!

*** Malam itu… Pardi terjaga dari tidur. Dia turun dari ranjang dan berniat ke belakang.Ketika akan melewati ruang tengah, dia tercekat mendengar sayup suara orang bercakap- cakap di dalam kamar Mbah Parijan, ayahnya. Penasaran Pardi menghampiri dan menyibak kain gordin yang menutup pintu. Dan matanya terbelalak melihat Toni,putranya yang masih empat tahun, berdiri di dekat ranjang kakeknya.

Sementara Mbah Parijan berbaring dengan mata terpejam. “Ngapain kamu di sini?” tanya Pardi pada putranya. “Kakek tadi memanggil Toni,” jawab anak itu dengan lugu. Penasaran Pardi mendekati ayahnya dan memegang tubuhnya. Wajahnya berubah pucat pasi, tubuh ayahnya sedingin es dan tak bergerak sama sekali.Dia semakin yakin ayahnya telah berpulang. Tapi yang membuatnya shock, sebelum mati ayahnya sempat berbicara pada Toni. Cerita orang tentang ilmu rawa rontek memenuhi benaknya.Kengerian, ketakutan, sekaligus kegundahan bercampur aduk dalam hatinya. Dia lalu memandang putranya seksama seperti memandang sosok menyeramkan